Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Kami Menolak Pasar Modern

13 Maret 2016   20:00 Diperbarui: 13 Maret 2016   20:52 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu penjelasan sederhana, bahwa yang dimaksud swalayan modern adalah swalayan berjejaring nasional dengan capital fligth yang sangat menganggu ketahanan ekonomi lokal seperti Indomart, K24, Lotte, Superindo, dan Alfamart. Ini kira-kira penjelasan sederhana yang kemarin didapatkan di FGD yang difasilitasi oleh LHKP PWM DIY. Tentu saja ini adalah framing yang dibangun untuk memperkuat perputaran ekonomi di daerah dan bukan untuk pemodal raksasa yang sudah menyedot uang di kampung-kampung di seluruh pelosok nusantara.

[caption caption="#urbanliteracycampaign"][/caption]

Hal yang bisa saya temukan indikasi menjamurnya TMB dalam kasus di kampung saya lampung adl pola pikir masyrakat yg mengganggap belnja di TMB bisa menaikan status sosial mereka,, sehingga disna bisa kita lihat walaupun daerah plosok mereka berbondong bondong setiap akhir pekan yg biasanya ke pasar beralih ke TMB, permasalhan ini sama tidak dengan wilayah jogja? apa msyrktnya pun secara tdak lngsung mendorong menjamurnya TMB,? hal trsebut rasanya cukup menarik untuk diteliti sehingga mengembalikan kebesaran pasar rakyat, dan menggerkan atau mengkampanyekan secra masif di masyrakat belnja di pasar dan warung rakyat lebih manusiawi,
 untuk rt rw yang mudah memberikan izin kira kira ada tdk ketakutan mereka ketika tdk memberikan izin, semisal takutnya mereka kehilangan jabatan dan lain lain.

Salah satu alasan mengapa Kita tidak suka dan menolak toko modern serakah akhir akhir ini juga dipicu oleh biaya kresek yang dibebankan konsumen. Coba kita hitung sja plastiik segitu 200 rupiah. Andai tiap mart ada 1000 org belanja tiap hr. Dan ber asumsi di slman sda 300 mart2. Maka belanja plastik = 200 rupiah x 1000 org. Jadi 200 000x30 hr= 6 jt

Dikalikan 300 mart2= 1,8 m per bulan. Setahun=21,6 milyar utk belanja plastoik. Utk tiap kabup dgn asumsi 300 tmb. Hem beaya plastik sungguh besar dibebankan ke rakyat. Dan yanh dapat untung toko2 itu. Harusnya sbg bentuk pelayanan toko2 itu yg harus nanggung. Malangnya desaku. Duitnya dihisap. Masih dibebani plastik. Barang bosok plastik tetap di desa desa. Sebagian rakyat diam. Malangnya nasib bangsaku lemah seperti ini Padahal Tan Malaka Jelas Bilang, "Tak mungkin Kita berdamai dengan maling yang menjarah seluruh Isi rumah Kita."

Ada inspirasi, kemarin ada peserta FGD dari RRI, senior banget Sudah. Beliau Bilang, mari kongkrit saja tindakan Kita. Tiap hari minggu Kita tidak Ke swalayan modern berjejaring . Kalau Hari minggu dah Oke berjalan, tambah Hari senin, Dan seterusnya. Jangan lupa insyallah komunitas Sabda Rakyat Jogja akan siaran di RRI mengupas bahaya laten swalayan modern Kamis, 24 Maret jam 16 SD 17 wib. Ini juga undangan konsolidasi gerakan untuk siapa saja.

Seorang peserta FGD mengatakan bahwa, "penghisapan dari ekonomi global kepada rakyat rakyat yang miskin dan kaya di desa akan terus tjadi jika tdak dicegah. Dengan bnyaknya barang didesa2 lwat alfamrtt indomart dan masih bnyak lgi. Setiap praktik penghisapan tadi jelas didukung pemerintah dgn uu ato perda dsbnya ini bisa disebut penindasan kpd rakyat. Hanya melancarkan aksi kapitalisme global beraksi menindas rakyat." Hal ini kemudian meyakinkan peserta lebih banyak bahwa ada kebodohan pemerintah daerah yang harus dilawan karena jika tidak ini akan membahayakan rakyat karena cara kerjanya yang sistematik, di dukung modal besar dan mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bagi rakyat.

Ada 400 pasar tradisional dan ribuan warung tetangga yang terancam mati akibat ekspansi pasar modern berjaringan di DI Yogyakarta. Ini adalah bentuk kemungkaran luar biasa. Salah satu peserta melaporkan dari Tajem, ada warung ralyat yang jualan royco yang akhirnya tidak laku karena tetangganya lebih memilih bmembeli di toko swalayan baru. Gila, di desa satu pedukuhan bisa berdiri 10 swalayan modern di Jl Kaliurang. Ada juga sawesomeah-sawah yang berubah jadi gerai waralaba setan ini.

Selain tuntutan ditutupnya swalayan berjejaring yang melanggar perda (jumlahnya ratusan yang melanggar baik lokasi, jarak dengan pasar tradisional, maupun kedok perizinan); Selain itu, peserta juga menuntut agar indomaret tidak digunakan untuk pembayaran BPJS karena ini menghina akal sehat kenapa tidak pakai lembaga negara saja. Ada pula soal kewajiban pembeli membayar uang kresek di indomart alfamart adalah praktik jahat perekonomian yang menyengsarakan rakyat. Tidak bisa diterima, pengusaha sedikit pun gak mau berkurang keuntungannya. "...bahkan serupiah pun gak mau para kapitalis serakah ini berkurang keuntungannya dalam berdagang."

Kendala advokasi

Kadang kadang yang menyulitkan, perjugan melawan TMB adalah statment dari pak rt, rw, dukuh, lurah, camat dan bupati samPai ke dinas dinas terkait di saat sosialisasi atau perijinan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun