Hari yang penuh dengan kemenangan lantaran mahasiswa di kampusku. sekiutar 10 mahasiswa berani menguskir atau memukul mundur gerai indomart berkedok sponsor di UMY. Mereka membayar 1 juta untuk bisa nongkrong seharian di kampus sebagai konsesi sponsor kegiatan donor darah FE UMY. Semenjak hidup, baru kali ini saya menyaksikan proses pengusiran gerai mobil indomaret dengan sangat heroik dan antusias yang tercermin dari muka muka muda. Sukarno pasti bangga menyaksikan kemenangan besar hari ini yang diraih oleh mahasiswa. Sebagai mantan mahasiswa, saya ikut bangga.Â
Kisahnya begini ada informasi: "Hari ini adalah acara donor darah yg diinisisasi bem FE umy, mereka bekerja sama dengan indomaret dengan timbal balik indo masuk, itu yg kami sygkan bersama teman teman td kok bisa bem fe minta sponsor indomaret dan ngedatangin indomart mobile ke kampus...." Saking sengitnya munculah satire ala kampungan untuk mem,protes dan memberikan "hukuman" ala social media pada panitia begini:Â
Â
Gerakan Donasi untuk BEM FE UMY
_mengganti uang sponsor indomart
_beli buku agar BEM FE UMY belajar tentang Ilmu ekonomo kerakyatan
_agar BEM FE UMY tidak ajak sponsor TMB sampaI Hari kiamat
Kumpulkan di masing masing Komunitas Anda. Kita serahkan sore nanti.
Banyak pihak merespon ajakan ini. Tentu saja ini sangat buruk dampaknya bagi panitia karena merasa ini sangat memalukan sekali apalagi kampus islami.Â
Â
Karena keasa, mahasiswa ini tak tahu kampus itu harus membela rakyat sebagai tridarma perguruan tinggi. Sangat aneh. Kayak tak penrah belajar arti menjadi bangsa Indonesia. Walau demikian posting sebuah SMS dari panitia, "Udah batal semuanya bang... Tadi MOU batal semua... Gimana bang jadi ketemu atau gimana bang ? Soalnya dari kami sendiri memang tdk pernah sosialisasi dan kami tidak tau bahwa indomaret di larang bang...". Pengethuan yang menyedihkan soal kekuatan ekonomi rakyat dan bobroknya moral kapitalisme.Â
Â
Yang kita lawan itu TMB, mas Ridwan Furqoni. Definisi lengkapnya mestinya: "... toko modern berjejaring dengan saham sebagian besar dimiliki asing atau luar Yogya, sehingga yang terjadi adalah capital flight dan penghisapan kekuatan ekonomi lokal dan kesejahteraan rakyat...."(Bambang Farid, 2016).Â