Kasihan Djogja
Kasihan djogja
yg mengenakan logo istimewa yg tidak dinyatakannya,
memakan tahta dari rakyat yg tidak ia lindunginya,
dan memanen hotel yg itu justru merusak tanah airnya.
Kasihan djogja
yg menjadikan preman sbg pahlawan
dan menganggap pembangunan mall, hotel, toko modern sebagai hadiah.
Kasihan djogja
yg meremehkan intolerensi dan memantaskan praktik kekerasan dan diskriminasi.
Kasihan djogja
Yang kepemimpinannya minus pengayoman
Yang Rumah budayanya minus substansi kebudayaan
Kasihan djogja
yg menyambut penguasa barunya dengan sujud syukur, dengan festival ribuan manusia
namun melewatinya dgn sindiran, cacian,umpatan
Sambil bertanya: dimana sultan?
Kasihan djogja
yang surplus orang pintar dan orang baik
Tapi sebagian besar sariawan
Kasihan djogja
Tanah kebudayaan terpecah-pecah,
 kaum fundamentalis me agama Dan fundamentalisme pasar
Bersekongkol seperti para mafia
Semua melawan semua
Berperang habis habis habisan dalam gladiator
Berebut sumber kesejahteraan
Berhasrat memonopoli kebenaran
Tapi masih menyembul pertanyaan yang sama: di mana sultan?
Yogyakarta, 8 mei 2016
(Gubahan Dari puisi Kahlil Gibran, "Kasihan bangsa")