Di laman website resmi gerakan jogja independent tertuliskan: :Jogja milik bersama. ayo bergerak serentak berpihak hanya untuk kepentingan bersama. Kami perlu energimu! Jogja Independent adalah gerakan bersama yang tidak berpihak pada partai maupun golongan manapun selain pada tujuan untuk jogja yang istimewa." Sekilas tak ada yang salah dengan kalimat marketting seperti yang terpapar di laman tersebut. Namun, jika ini akan dikisahkan kepada publik, ada beberapa persoalan yang teramat sangat mengganggu.
Pertama, garis perjuangan atau branding ini membangun konfrontasi dengan partai politik yang menjadikan politisi partai akan 'sengit', marah, dan dendam kepada gerakan ini. Jelas ini bukan kalimat yang mendamaikan untuk investasi politik jangka panjang. Bila pun calon independen meneng, ia akan angkat senjata melawan apa yang sedang dianggap menjadi musuhnya. Kalimat negasi terhadap keberadaan partai dan golongan bukanlah kalimat yang bagus untuk suatu upaya membangun solidaritas komunal, emosional, atau asosiasional. Â
Sejumlah tokoh lintas bidang berkumpul di Angkringan Code Jetisharjo pada kemarin Minggu (20/3/2016) siang mendeklarasikan Gerakan Jogja Independent (Joint) dan mengusung calon independen sebagai bakal calon walikota Yogyakarta di Pilkada Kota Yogya 2017.
Untuk Jogja kembali baik
Salah satu Hal penting dari gerakan INI adalah spirit golong gilik dan kekompakan elemen masyatakat Sipil. Ketokoan sedikit terjawab dengan bergabungnya dukungan dari Mahfudz Md Dan Busyro Muqodas sebagai tokoh berintegritas dan kredibel. Dua tokoh ini dapat dipandang sebagai dukungan tokoh NU dan Muhammadiyah, sekaligus pawang penegakan Hukum dari universitas.Â
Terlihat, beberapa budayawan, akademisi dan tokoh masyarakat seperti Mantan Komisioner KPK Busyro Muqoddas, Budayawan Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, Sutradara Garin Nugroho, pengamat Transportasi Danang Parikesit dan beberapa tokoh lainnya tampak berada di lokasi yang cukup sederhana di bantaran sungai Code ini. Mereka membawa misi untuk mengajak masyarakat memilih calon independen yang dirasa menjadi opsi baik untuk memimpin Yogyakarta.
Gerakan rakyat Jogja independent merupakan salah satu opsi untuk mencari pemimpin Kota Yogyakarta yang benar-benar pilihan masyarakat. Joint meyakini bahwa masyarakat Kota Yogyakarta akan memilih calon independen karena selama ini muncul banyak kekecewaan terhadap pimpinan daerah yang dipilih oleh partai politik. Ada asumsi yang perlu digalih apabila benar bahwa warga masyarakat masih banyak yang kecewa dengan pembangunan di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini seperti persoalan menjamurnya toko modern menggusur pasar rakyat, hotel, apartemen, dan sebagaianya. Jangan sampai asumsi ini dimentahkan sendiri oleh masyarakat yang masih sulit sandang pangan. Isu hotel dianggap terlalu jauh tak tergapai, bisa jadi, oleh sebagian Besar masyarakat.
Tagline berjuang untuk Jogja kembali baik, atau untuk Jogja yang istimewa Tentu saja perlu ditemukan makna dibaliknya yang gampang dipahami publik. Perlu Diingat juga bahwa masyarakat ingatannya Tak Panjang tentang kebaikan masa lalu. Misalnya Zaman Herry Zudianto diidentikkan dengan sesuatu yang baik yang perlu direbut kembali tapi Jangan Jangan masyarakat sudah lupa. Jadi, perlu upaya kongkritisasi atas tagline atau branding joint agar cepat diterima luas oleh warga Yogyakarta.Â
Ada tawaran lain untuk joint misalnya dengan tagline, Jogja milik bersama. Ayo berjuang bebarengan untuk Jogja istimewa yaitu jogja yang sejahtera sebenar benarnya. Saya Kira perlu juga dimusyawarahkan dengan warga agar tagline dapat lebih menendang.
Â
Semoga saja joint mendapati dukungan Semesta Raya.Â