Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Nakhoda Zaman Literasi

1 Mei 2018   08:04 Diperbarui: 1 Mei 2018   09:19 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena salah satu titik terlamah yang berhasil kita identifikasi ada di persoalan rendahnya etos membaca-menulis dan berimplikasi pada melemahnya kekuatan kebudayaan. Tanpa peran itu semua, bagaimana mungkin kita berimajinasi peningkatan daya saing bangsa atas bangsa-bangsa lain di dunia? Bagaimana mungkin kita akan menyempurnakan visi profetik yang disandangkan kepada pengikut Nabi Muhammad, sang pemulia wahyu Iqra'.

Menjadi nakhoda itu pasti meresikokan diri dalam hidup seperti para perintis yang dikisahkan di atas. Tetapi sebenarnya, mengikuti arus atau terbawa arus perubahan justru adalah resiko paling besar yang harus ditanggung oleh kelompok pengikuti (follower).

Kita adalah ummat terbaik, ummat terpilih yang seharusnya menjadi khalifah, menjadi pelopor sejak dalam kandungan. Keterlibatan dan mengambil resiko dalam dunia gerakan aksara atau gerakan literasi oleh zaman now disebutnya. Mengambil resiko, berani susah dan mengorbankan kebahagiaan personal adalah ciri-ciri nakhoda dalam perang menggerakkan zaman ilmu.

Zaman ilmu adalah masyarakat yang dicita-citakan oleh Islam-masyarakat dengan visi profetik untuk kemaslahatan dan kemuliaan hidup. Sehingga, memilih jalan menjadi 'driver' dalam gerakan literasi yang kian marak adalah panggilan suci, panggilan jihad yang layak diperjuangkan karena jihad ini adalah jihad memuliakan kehidupan. Memuliakan gerakan literasi berarti memuliakan kehidupan seluruh manusia.

Dengan memilih jalan menjadi nakhoda, menjadi pendobrak, maka kerja-kerja transformasi sosial akan menjadi pekerjaan maha berat yang hasilnya pun tidak langsung bisa dinikmati dalam hitungan tahun atau decade, maka bekerja keraslah sebagai pegiat literasi di zaman bergerak ini.

Sebagai penutup, politik etis hari ini adalah mengenai bagaimana memberi ruang kebangkitan dunia literasi sebagai kontruksi baru identitas diri (anak muda), menggerakkan transformasi sosial-kultural, menumbuhkambangkan nasionalisme dan agenda berkemajuan. Identitas zaman now dan iman modern itu disebut "literasi". Inilah revolusi harapan yang layak diperjuangkan.

Semoga ada manfaatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun