Mohon tunggu...
David Efendi
David Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah

seorang warga biasa-biasa saja. Ingin berbagi sebagai bagian upaya memberikan arti hidup small act of Kindness. Pegiat Perpustakaan Jalanan Rumah Baca Komunitas yang memberikan akses bacaan, pinjaman buku tanpa syarat dan batas waktu. Belajar apa saja sebagai kontributor di www.rumahbacakomunitas.org

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Baca Komunitas: Apa yang Menggerakkan Kami?

17 Maret 2016   18:15 Diperbarui: 17 Maret 2016   18:23 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Perpustakaan Jalanan RBK (dok/RBK/2015)"][/caption]”Gerakan Membaca” merupakan suatu gerakan yang harus dipelopori oleh siapa saja dan lebih dari itu, sebagai visi pencerdasan bangsa maka negara pun tidak boleh absen dari gerakan ini. Gerakan Iqro yang pernah dipelopori organisasi pelajar di Yogyakarta IRM/IPM beberapa tahun silam kembali ingin dilanjutkan oleh Rumah Baca Komunitas dengan penuh semangat sebagai ikhtiar pencerahan bangsa. Program ini hadir karena keprihatinan atas betapa miskinnya bahan bacaan masyarakat, dan tidak meratanya distrubusi buku, semakin ke daerah tertinggal buku semakin mahal, dan semakin jarang ditemui. Ini mengakibatkan terjadi kesenjangan pengetahuan di negeri ini sehingga apa yang disebut Taufiq Ismail sebagai "tragedi nol baca" harus segera kita akhiri. Di komunitas rumah baca, semua orang dapat terlibat membaca atau meminjamkan bahan bacaan tanpa ada skat perbedaan agama, suku, usia, dan  apa pun di dalamnya.  Komunitas ini adalah cermin dari penerimaan kami atas keberagaman anak bangsa.

Sudah seharusnya penggembiraan komunitas pembaca dan rumah baca/taman baca menjadi program yang penting dan juga sebagai kritik atas pemerintah yang kurang memprioritaskan lahirnya generasi 'gila baca'. Anggaran untuk subsidi harga buku bermutu (selain buku ajar) harus benar-benar menjadi tanggung jawab pemerintah. Faktanya buku diluar mata pelajaran seperti buku sastra dan pengetahuan lainnya. Kalau kemiskinan buku ini dibiarkan maka ke depan kafakiran dan rawan ilmu pengetahuan akan mengancam bangsa ini. Kefakiran pengetahuan ini pula yang mengakibatkan merosotnya spiritualitas masyarakat sehingga menjadikan masyarakat tidak mampu membaca apa yang sedang terjadi di lingkungan dan di negerinya sendiri.    

Beberapa fakta dibawah ini semoga bisa memberikan semangat bagi kita semua untuk terus menggembirakan masyarakat melalui aktifitas membaca dan menjadi pembelajar. Pertama adalah fakta Dari penelitian Taufiq Ismail (2003) dihasilkan kesimpulan dari sejumlah SMA yang ada di 13 Negara mewajibkan bacaan bukunya. SMA Thailand Selatan 5 judul, Malaysia 6 judul Kuala Kangsar, 3 SMA Singapura 6 judul, 4 SMA Brunei Darussalam 7 judul, Rusia 12 judul, Kanada 13 judul Canterbury, Jepang 15 judul, Swiss 15 judul, Jerman Barat 22 judul, Perancis 30 judul, Belanda 30 judul, Amerika Serikat 32 judul, AMS Hindia Belanda 25 judul, AMS Hindia Betarida 15 judul, SMA Indonesia 0 judul.

Kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan masyarakat Indonesia belum menempatkan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang Indonesia lebih memilih menonton TV (85,9 persen) dan mendengarkan radio (40,3 persen) daripada membaca suratkabar (23,5 persen).(Pikiran Rakyat, 25 April 2007). Ketiga, adalah fakta bahwa Produksi buku di Indonesia yang masih sangat rendah. Setiap tahun Indonesia yang berpenduduk lebih dari 220 juta jiwa hanya memproduksi 10.000 judul buku dengan jumlah setiap judul mencapai 3.000 eksemplar atau tiga juta eksemplar per tahun itupun 55 persen adalah buku terjemahan. Sebagai perbandingan Malaysia yang berpenduduk 26 juta jiwa tiap tahun menghasilkan jumlah buku baru yang sama.

Dari pahitnya fakta tersebut kami bertekad untuk membangun sebuah komunitas mandiri di tengah masyarakat yang kami berikan nama komunitas rumah baca dengan beberapa tujuan antara lain pertama, Menggembirakan masyarakat dengan memasyarakatkan tempat baca yang menyenangkan.  Kedua, Meningkatkan minat baca masyarakat khususnya anak-anak dan remaja di lingkungan sekitar. Ketiga, Ikut berkonstribusi mendukung kegiatan belajar mandiri masyarakat dengan memberikan bahan bacaan yang bermutu dan actual. Keempat, Kegiatan launching rumah baca/taman baca diharapkan akan memberikan warna bagi peningkatan kualitas bacaan warga masyarakat sekitar, dan terakhir adalah dalam rangka menarik minat baca bagi pemula. Selain itu, rumah baca memikul satu misi besarnya yaitu mempromosikan nilai-nilai perdamian dalam masyarakat yang berkeanekaragaman melalui materi-materi bacaan yang memberikan pencerahan.

Komunitas Rumah Baca ini menyediakan berbagai jenis/ragam bahan bacaan baik buku, majalah, e-book yang merupakan koleksi komunitas dan anggota yang dishare secara saka rela. Jenis buku meliputi buku bacaan umum seperti buku psikologi, social, ekonomi, motivasi, seri remaja, anak-anak, life skill, dan sebagainya. Lebih dari seribu judul buku telah tersedia di rumah baca ini. Apabila pengunjung request buku tertentu juga akan diusahakan oleh pengurus komunitas. Jam buku pun fleksibel mulai jam 8 pagi sampai jam 10 malam setiap hari dan apabila pengunjung sudah mengantongi kartu anggota komunitas berhak datang setiap waktu.
 Setidaknya ada dua kelebihan dari rumah baca komunitas ini. 

Pertama, buku-buku selain di kumpulkan dari gerakan hibah juga merupakan buku sharing--dimana semua orang dapat menitipkan buku/bacaan disini tanpa mengubah status kepemilikan bahkan secara alamiah kita akan merasa berbagi dengan sesama dengan bacaan/pengetahuan. Panitia juga menyediakan label dan katalog untuk setiap kontributor. Kelebihan kedua adalah bahwa rumah baca ini sebagai tempat belajar alternatif yang buka 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Buku yang disediakan mencakup berbagai segmen usia dan pekerjaan. Selain itu, rumah baca juga menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk mendukung visi dan misi yang ada yaitu terbentuknya suatu masyarakat yang melek baca dan melek pengetahuan serta terwujudnya nilai-nilai perdamaian dalam kehidupan nyata sebagai bangsa yang menganut bhineka tunggal ika.

Ikhtiar kecil ini mungkin salah satu ikhtiar untuk sedikit meringankan beban dan kerut bangsa ini. Bisa jadi satu optimisme, bahwa persoalan penting mengapa bangsa ini sulit maju adalah karena tidak dibangunnya pondasi gerakan gemar membaca bagi anak bangsa secara serius terutama di dalam tubuh lembaga pendidikan anak bangsa ini. Bagi bangsa ini, gemar menabung saja tidak cukup untuk mengurai bobroknya negeri ini. Kita mesi bersatu untuk perangi tragedi nol baca insyaAllah bangsa ini akan lebih baik.

 di 6:18 PM Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
 Label: Catatan RBK

7 comments:

gusifulJanuary 6, 2013 at 11:23 PM
Ass.Saya sangat tertarik dan mencoba untuk mendirikan rumah baca juga berbasis IT serta juga sebagai pemberdayaan MAsyarakat , apa kiranya bisa bantu diemailkan proposal dan anggran. jika tidak ada IT dan Pemberdayaan cukup dengan anggaran membuat perpustakaan dan pengorganisasinnya. saya bisa diemail di gusiful88@gmail.com. Wassalam wr wb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun