Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulama dan Kitab

17 Juni 2015   09:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tinggal sehari dua lagi sampailah waktu berpuasa. Suasana bulan yang penuh keberkahan dan kebesaran sudah sangat terasa. Keramaian anak-anak dan remaja, juga orang tua mengisyaratkan pentingnya kebersamaan dalam kegembiraan menyambut kehadirannya.

Orang yang sudah berumur seperti saya, hanya menumpang kegembiraan kepada anak-anak. Untuk diri sendiri cukuplah beraktifitas mengisi hari-hari puasa dengan membaca. Seperti di tahun yang sudah-sudah, keinginan menamatkan sebuah buku selain alQuran, begitu menggebu. Tetapi belum tentu buku yang ingin dibaca. Entah lah.

Sebenarnya sangat banyak kitab dan buku yang belum dibaca, masih berbaris dan belum dibuka dari sampulnya, di pustaka. Ada buku hukum, filsafat, novel, agama dan lainnya. Tetapi, semua tidak menarik minat. Baik yang baru, apalagi yang lama.

Pernah terlintas untuk pergi pasanan (mengaji kitab khusus di bulan puasa di ponpes salaf) ke Jawa. Dengan meluangkan waktu setengah bulan, sudah dapat mendengarkan sampai khatam satu kitab yang dibaca para kyai. Umpamanya Hadist Shohih Bukhari, alMuwatto' imam Malik, Tasawwuf Ihya' Ulumiddin alGhazali, atau tafsir Jalalain dua orang Jalal, dan masih banyak yang lainnya. Tetapi, sampai puasa tinggal dua hari lagi, belum juga ada tekad yang sepenuh hati.

Pagi ini, sebelum berangkat ke kantor, saya melihat-lihat kitab-kitab almarhum bapak mertua, H. M. Yunus H. Salam di almari pustaka. Banyak kitab-kitab lama yang masih tertata rapi di rak almari. Dengan hati-hati saya bersihkan debu dan saya baca satu persatu. Ada tafsir alKasysyaf Zamakhsyari, Manhaj Zawin Nazhar Mahfuz Termasy, dan lain sebagainya. Tidak juga ada yang memikat.

Sampai akhirnya saya buka ruang almari yang tidak berkaca. Ada kitab-kitab yang sudah tidak lagi berurutan halamannya, dan sampulnya sudah hilang karena lamanya waktu tersimpan dan tanpa perawatan sebagaimana mestinya. Saya bertemu satu kitab karya ulama nusantara yang bertuliskan huruf Arab berbahasa Melayu. Orang Melayu menyebutnya Arab Melayu atau Arab Pegon. Nama kitab itu Sabilul Muhtadin, karangan Syaikh Muhammad Arsyad alBanjari dari Kalimantan.

Kitab itu adalah kitab fiqih dalam mazhab Syafi'i. Terbit pada tahun 1276 H. Penerbitnya Darul Ihya Kutub al'Arabiyah, Mesir. Berarti usia kitab itu sudah 116 tahun. Perlahan saya susun kembali halaman kitab tersebut secara berurutan. Alhamdulillah, masih lengkap. Kemudian saya lihat daftar isi, dan mencari bab puasa, juga ketemu: halaman 128 jilid 2, (kitab alShiyam), ini kitab pada menyatakan puasa.

Saya tertarik untuk membaca kitab ulama Banjar ini. Kemudian saya membawanya ke kantor untuk dilihat bersma teman-teman yang lain. Mereka juga merasa senang dengan kitab lama ulama nusantara. Dan insya Allah kitab ini akan dibaca bersama teman-teman di beberapa mesjid dan surau di sekitar Bengkalis.

Kita ingin mengembalikan suasana keagamaan seperti zaman ketika kitab ini diajarkan oleh para guru dan ustaz di mesjid-mesjid dan surau-surau di nusantara ini. Ustaz datang mengajar membawa kitab dan masyarakat sebagai murid juga datang membawa kitab yang sama. Baik guru, maupun kitab yang dipelajari jelas sumber dan sanadnya.

Kejelasan sanad atau tranmisi keilmuan adalah sesuatu yang sangat penting dalam agama. Agar manusia tidak berbicara semaunya saja. Begitu juga sumber kitab yang otoritatif juga sama pentingnya. Sehingga apabila terlupa atau menemukan perbedaan paham, dengan mudah kembali kepada dasar. Dasar adalah sumber untuk mengembalikan semua masalah yang ada.

...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun