Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kejayaan

21 Januari 2015   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kejayaan

Membaca bagi bangsa adalah kemajuan. Ia memberi dampak positip di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, ideologi dan lainnya. Penelitian telah membuktikan. Jumlah buku yang dibaca, berbanding lurus dengan tingkat ekonomi, kesadaran dan partisipasi politik, kreatifitas sosial dan budaya, juga wawasan dan keterbukaan sikap dengan yang berbeda. Semakin banyak jenis buku yang dibaca, semakin maju suatu bangsa. Begitu pula sebaliknya.

Negara maju, sudah melampaui itu, bukan hanya sekedar membaca. Penelitian sudah diarahkan kepada korelasi antara kemajuan yang dicapai dengan banyaknya buku yang diterbitkan. Semakin beragam jenis keilmuan dari buku yang diterbitkan, akan semakin majulah bangsa tersebut, dan seterusnya.

===================

Islam mencapai puncak kejayaan, juga diawali dengan membaca, Iqra'. Masyarakat muslim awal, menjadikan alQuran bacaan wajib dengan tujuan untuk: mengerti dan memahami isinya, serta menggali pesan Tuhan untuk umat manusia. Dan, mereka membaca untuk menginternalisasi nilai-nilai moral bagi pembentukan mental.

Berbeda dengan kebanyakan muslim sekarang. AlQuran masih juga dibaca, dengan tujuan berbeda, untuk: perlombaan dan kebanggaan, pengobatan dan pengekangan, serta kematian dan kuburan. Membaca tidak lagi untuk mencari dan menginternalisasi semangat dan nilai-nilai ketuhanan.

Di zaman lampau, aktifitas membaca terus mengalir dari satu generasi ke generasi. Sampailah ke zaman Harun Alrasyid, khalifah Abbasiyah. Didirikannya perpustakaan dengan nama Baitul Hikmah, gudang kebijaksanaan.

Para penulis dari seluruh dunia diundang. Bukan hanya kalangan muslim, melainkan juga Yahudi, Kristen dan yang lainnya. Jenis buku tidak terbatas: ada karangan asli dan juga terjemahan, dari karya orang-orang Yunani dan Romawi di Erofa, sampai karya orang Timur di India dan Cina.

Sebagai kepala pemerintahan, khalifah menghargai orang berilmu lebih dari yang lain. Dalam acara seremonial kerajaan, ilmuan ditempatkan di sebelah kanan khalifah. Masyarakat mengikuti, mereka menghormati ilmuan setingkat di bawah khalifah. Hasil karya para ilmuan dihargai dengan emas tunai. Setiap karya ditimbang dengan pembanding emas. Semakin banyak hasil karya akan semakin banyak emas didapat.

Pada masanya, Islam menemukan puncak kejayaan. Ribuan, bahkan jutaan karya di semua bidang keilmuan telah dibukukan dan diterbitkan. Kekhalifahan Abbasiyah menjadi pusat peradaban dan pengetahuan di bagian Timur, Bagdad. Sedangkan di wilayah barat, Andalusia, Spanyol sekarang, pemerintahan dikuasai kekhalifahan Muawiyah. Sikap dan tindakan Andalusia, juga setara keunggulan dan kepeduliannya kepada ilmu pengetahuan dengan Bagdad.

Saat itu, orang-orang Erofa mempelajari ilmu pengetahuan dari umat Islam di universitas Cardova, Andalusia, juga di Sicilia. Pemikiran Yunani yang sudah diterjemahkan dan diberi penjelasan (syarah) oleh ilmuan muslim, mereka pelajari. Nama-nama ilmuan besar Islam seperi Ibnu Rusydi dan Ibnu Sina adalah guru pertama ilmuan Erofa modern. Sampai sekarang Erofa tetap menghormati para Ilmuan muslim tersebut. Mereka mengenal dan tidak melupakan. Hanya soal lidah, mereka menyebutnya berbeda: Averoes dan Aveciena.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun