Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Rini & Penampilan Ideologis

18 Desember 2014   17:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:03 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Larangan menteri BUMN terhadap bawahannya dalam berpenampilan islamis merupakan langkah tepat dan berani. Karena penampilan itu sangat arabis dan mencerminkan semangat ideologi islam tertutup. Dengan melarang pakaian identitas ketertupan, tentunya dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi pemikiran dan nilai yang ada di sebaliknya: menganggap hanya diri paling benar. Sejurus dengan itu, untuk mengantisipasi penularan ideologi tertutup kepada yang lainnya.

Sudah pasti, tindakan ibu menteri menimbulkan gejolak dan perlawanan dari banyak pihak yang seideologi atau yang kebetulan membenci Jokowi. Dengan berbagai alasan yang masih masuk akal, mereka tidak bisa menerima kebijakan menteri. Begitupun yang lain, mengeritik bu menteri sebagai anti islam. Perlawanan dari banyak pihak yang seideologi tentunya sudah sangat dipahami oleh bu menteri. Sebagaimana biasa, tuduhan sejenis itu bertujuan untuk menarik simpati umat islam yang mayoritas di negeri ini.

Ibu menteri tidak perlu khawatir dengan tuduhan anti islam, karena silent mayority masyarakat islam di negeri ini juga risih dengan kelompok islam eksklusif, yang menganggap merekalah pemilik kebenaran. Selain kelompoknya, dianggap belum islam. Kepada yang lain mereka serukan ideologi jihad, dengan tujuan agar seluruh umat islam menjadi kelompok mereka.

Kita wajib berterima kasih kepada bu menteri. Apabila tidak ada yang berani bersuara seperti ini, maka tidak tertutup kemungkinan indonesia akan menjadi seperti negeri-negeri arab, yang bergejolak atas nama agama. Islam mereka jadikan sebuah ideologi untuk kepentingan politik dengan cara memerangi yang lain, yang tidak seideologi. Penampilan sejenis, mereka jadikan simbol pemersatu untuk memperjuangkan ideologi politik guna meraih kekuasaan. Padahal, penampilan yang mereka defenisikan sebagai islami, pada hakikatnya adalah arabis dan ideologis. Nilai2 arab dan ideologi tertutup sangat jelas tercermin dari penampilan mereka.

Tanpa mengecilkan peran masyarakat arab, kita harus mengatakan, bahwa arab dan islam adalah dua hal yang berbeda, meskipun tidak dapat dinapikan, budaya arab adalah wadah awal nilai2 islam. Namun demikian kita tetap harus mengatakan bahwa, arab bukan berarti islam. Karena nilai-nilai islam juga dapat hidup berkembang dan selaras dengan budaya lain yang terbuka dan dinamis. Bahkan indonesia memiliki wadah budaya yang jauh lebih arif bagi bersemainya nilai-nilai islam yang santun, fleksible, mengedepankan sisi kemanusian dan kebersamaan dalam perbedaan.

Semoga tindakan ibu Rini Soemarno dapat menyadarkan bangsa Indonesia: jangan terlena dengan gelombang arabisasi politik dan ideologi islam tertutup, yang cenderung intoleran dan menawarkan model kekerasan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ciri yang menyamakan kelompok mereka, walau berlainan nama adalah penampilan.

Salam bhinneka tunggal ika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun