Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wahabi

13 Maret 2016   12:01 Diperbarui: 13 Maret 2016   12:15 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak ayat alQuran yang melarang memilih pemimpin dari orang kafir, yahudi dan kristen. Tetapi umat islam, khususnya ulama, tidak memahami ayat tersebut secara tekstual. Karena untuk memproduk makna ayat, lebih lagi hukumnya, harus melalui prosedur ijtihad: teliti dan hati-hati. Dipelajari konteksnya, khususnya asbabun nuzul atau latar belakang peristiwa sosial sebab turunnya ayat. Barulah menetapkan hukumnya.

Berbeda dengan kelompok 'wahabi', yang beranggapan bahwa bunyi teks atau tulisan ayat adalah kebenaran, sekaligus hukumnya, tanpa prosedur ijtihad. Mereka memproduk hukum dengan hanya membaca teks ayat. Kemudian produk hukum itu disampaikan dalam bentuk fatwa untuk menyerang, melumpuhkan, menghakimi, dan meniadakan kelompok islam lain yang tidak sepaham, lebih lagi yang berseberangan.

Di awal islam, model "wahabi" seperti di atas disebut khawarij, karena mereka keluar dari barisan mayoritas umat, khususnya barisan Sayyidina Ali bin Abi Thalib atau syi'ah. Yang berbeda hanya nama, adapun sikap keagamaan 'wahabi' dan khawarij persis sama.

Sangat tepat apa yang pernah disinyalir oleh Sayyidina Ali Ra atas ayat yang disebutkan kala itu, dengan ungkapan: “Kalimatul haq yuraadu bihal baathil.” (kalimatnya benar, namun dimaksudkan untuk kebatilan)."

Tepatlah jika dikatakan bahwa, kelompok 'wahabi' sekarang adalah cucu geneologis pemahaman khawarij, yang memahami teks/nash wahyu secara letterlick untuk menghakimi kelompok lain yang tidak sehaluan. Dan kebenaran bagi mereka hanya dari apa yang tertulis dan terbunyikan.

Secara substansial, apa yang dikatakan oleh kelompok 'wahabi' hari ini, sama dengan yang dikatakan oleh khawarij dulu. Dan ucapan yang terkenal dari Imam Ali bin Abi Thalib masih tetap relevan untuk mengetahui maksud dari ayat yang diucapkan.

Kelompok ini mudah diidentifikasi, meskipun tidak pernah mengakui, karena tabi'at mereka sama: merasa diri paling benar; memahami teks ayat dengan meninggalkan konteks sosialnya; menghakimi sesat/kafir terhadap yang lain.

Dimana-mana, seantero dunia, kelompok ini menjadi penyebab utama perpecahan di tubuh umat. Konflik horizontal yang terjadi antar sesama umat dalam satu negara juga disebabkan oleh virus pemahaman tekstual yang disebarkan oleh kelompok ini. Karena kegemaran mereka adalah membacakan ayat alQuran atau hadist Nabi saw dengan maksud menghakimi pihak lain yang tidak sepaham. Banyak produk hukum yang dituduhkan, seperti bid'ah, sesat dan kafir.

Tak bisa dipungkiri juga bahwa, kelompok teroris yang sengaja membuat teror mematikan kepada pihak lain yang berbeda, secara geneologis pemahaman, juga terlahir dari kelompok ini. Bukti untuk itu juga sangat jelas, karena sampai hari ini, sikap dan tindakan kelompok "wahabi" tidak pernah menyalahkan paham anarkis atas nama agama, malahan mereka memberi dukungan dan pembenaran kepada tindakan teroris atas nama Allah.

Wa Allah A'lam bi alShawwab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun