Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Mental: Cara Jokowi Menyerang

25 April 2014   17:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:12 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mental negativisme menjadi sasaran yang harus dimusnahkan oleh Jokowi. Mental negatif inilah inti persoalan kemunduran bangsa. Capres dari PDI-P ini satu-satunya capres yang sangat cerdas memahami permasalahan bangsa: mental negatif. Tidak berlebihan apa yang pernah diungkapkan bahwa memanage negeri ini mudah dan sederhana. Sesederhana gayanya menampilkan diri dan menanggapi semua yang terjadi. Revolusi mental adalah ide otentik dan orisinil ala Jokowi.


Ide revolusi mental yang dijadikan visi dan misi ini membuktikan kesungguhan tekad dan serangan akrab. Mungkin tidak banyak yang menyadari, bahwa revolusi mental itu adalah cara yang dilakukan Jokowi menyerang lawan politiknya. Artinya, beliau dengan penuh kesadaran dan kepedulian telah memperlakukan lawan politik sebagai teman yang harus diselamatkan. Jokowi tidak ingin musuh-musuhnya kalah dan terhina, melainkan siapapun harus menang bersama.


Kita dapat saksikan dengan mudah di banyak ruang public, dimana mental negatif mendominasi kelompok anti Jokowi. Mereka adalah para islamisme yang selalu mencari kambing hitam sebagai penyebab kemunduran dan ketidaknyamanan. Teori yang dikembangkan adalah konspirasi. Sasaran empuk yang tidak terlihat untuk dipersalahkan selalunya: kapitalisme, pluralisme, liberalisme dan zionisme. Sedangkan yang kongkrit adalah: Amerika, Cina, Syi'ah, Ahmadiyah, JIL, kristen/katolik, dll


Terlihat jelas, para musuh Jokowi bermental negatif : merasa tertindas, terbiarkan, terjajah, terintimidasi dan berbagai mental negatif lainnya. Dari sikap mental negatif yang ada dalam diri mereka, diciptakanlah cerita menakut-nakuti masyarakat tentang keburukan dan kejahatan orang yang dilabelkan kepada lawan politik. Jokowi menjadi sasaran tembak yang dalam pikirannya harus digagalkan, karena berseberangan dengan paham politik dan keagamaan mereka.


Lebih parah dari itu, para musuh politik Jokowi memiliki iman sangat dangkal dan tipis, karena suka menceritakan kejelekan lawan yang tidak jelas kebenarannya. Kedangkalan iman itu dijadikan amunisi untuk membakar sentimen masyarakat dengan memproyeksikan hal negatif tentang agama. Seperti ketakutan mereka terhadap agama lain seandainya Jokowi menjadi presiden. Dengan kata lain, masyarakat akan rusak iman mereka bila dipimpin oleh yang berbeda agama atau mazhab. Karena kedengkian pula, isu sara yang dapat memecah belah bangsa diciptakan dan dibesarkan dengan menggunakan media yang mereka miliki. Perilaku yang tidak terpuji adalah aktualisasi dari keimanan mereka yang dangkal dan tipis.


Sikap mental negatif merekalah pemicu sentimen negatif. Mereka melihat kebijakan Jokowi menempatkan seseorang karena kemampuan, bukan karena keimanan sebagai sesuatu yang menakutkan. Sayangnya mereka tidak pernah menyadari bahwa semua yang dirasakan dan dipikirkan tentang peristiwa buruk itu adalah bermula dari sikap mental mereka yang buruk: mental terbelakang dan tertindas.


Dengan pemikiran cemerlang Jokowi mendiagnosis penyakit mental mereka dan berjanji untuk merevolusinya menjadi mental positif yang penuh optimisme. Jokowi akan mempersiapkan grand design demi mewujudkan visi dan misi: Indonesia Hebat. Jokowi sangat optimis: Indonesia memiliki segalanya. Indonesia memiliki SDM yang hebat, cerdas dan tahan banting. Begitu juga, sumber kekayaan alam kita melimpah. Indonesia hanya membutuhkan pemimpin yang tepat, yang dapat menggerakkan pencapaian yang hebat.


Dengan tanpa ragu, Jokowi menempatkan dirinya sebagai sosok yang diharapkan. Figur yang dapat menggerakkan optimisme dan perubahan. Revolusi mental adalah upaya Jokowi merangkul semua anak bangsa dengan cara sangat otentik dan elegan. Bangsa ini perlu merevolusi mental negatif menjadi positif.


Akhirnya, kembali kepada diri pribadi kita untuk memahami visi dan misinya. Bagaimanapun, jokowi tetaplah sosok yang sederhana, santun dan rendah hati. Dia bahkan tidak akan menanggapi apalagi membalas perilaku lawan politiknya yang akan "membakar" dirinya dengan berbagai isu negatif yang dihembuskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun