Mohon tunggu...
daryo susmanto
daryo susmanto Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

jangan berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum 2013 di Mata Siswa

15 Januari 2015   16:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421288109198521117

[caption id="attachment_390845" align="aligncenter" width="400" caption="Sumber: Dokumentasi Penulis"][/caption]

Mengawali semester genap tahun pelajaran 2014-2015, ternyata kita masih berkutat pada persoalan penggunaan Kurikulum 2013 (K-13) atau KTSP. Di depan kelas pun, siswa masih sempat mempertanyakan K-13. Sebagian dari mereka ada yang meminta ganti saja kurikulumnya, sebagian yang lain diam sulit ditebak pendapat apa yang ada dalam benaknya.

Seperti diketahui sebelumnya, Mendikbud telah mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 bagi sekolah yang baru menyelenggarakan satu semester dan boleh melanjutkan kurikulum 2013 bagi sekolah yang sudah melaksanakan tiga semester. Di lapangan terjadi berbagai kebijakan yang berbeda dengan kebijakan menteri. Ada yang menetapkan seluruh sekolah harus menggunakan K-13. Ini pula yang kemudian memunculkan perdebatan termasuk di kalangan siswa dan guru sendiri.

Hal ini terungkap saat saya mengawali pelajaran semester ini dengan tanpa buku siswa yang seharusnya sudah ada di tangan mereka. Permasalahan ini yang kemudian memunculkan pendapat sebagian anak-anak agar kurikulumnya diganti. Tema ini tentu di luar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang saya buat awal semester satu lalu.

Lalu, pembahasan pun dimulai pada pertanyaan saya kepada mereka, kenapa K-2013 harus diganti? Hampir seluruh siswa menyampaikan pendapatnya serempak. Saya pun meminta mereka untuk mengungkapkannya satu persatu, biar tertib.

Ada yang berpendapat bahwa K-13 membingungkan. Ketika saya tanya di mana letak kebingungannya, ia menjawab tidak tahu. Pokoknya bingung saja. Hehee... itu jawaban anak yang memang mereka juga ikut bingung dengan kondisi perdebatan tentang K-13 tanpa tahu apa yang membuat mereka bingung. Pendapat ini saya tampung dulu.

Anak lain pun menimpali dengan mengatakan bingung di pembelajarannya. Mereka berkata ada guru yang selalu menyuruh diskusi tanpa dijelaskan dulu materinya. Begitu masuk, guru langsung memberikan tugas diskusi kelompok, sedangkan kami masih belum mendengarkan penjelasannya sedikit pun. Ada juga yang berpendapat nilainya kebanyakan dan sulit dimengerti, apalagi nilai deskripsinya antara satu anak dengan anak lainnya sama saja.

Karena bukan kapasitas saya memenuhi sebagian keinginan dan pendapat siswa, maka saya hanya menyarankan pada mereka untuk tetap fokus pada proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Tetaplah kita pada posisi yang tengah kita lakoni saat ini. Itu sebagian nasihat atau saran saya kepada siswa.

Selanjutnya, saya contohkan kepada mereka dengan perumpamaan pemain sepak bola. Setiap pemain mempunyai posisinya. Ada yang menjadi penyerang, ada yang menjadi pemain bertahan, ada yang menjadi penjaga gawang. Setiap pemain harus mempunyai disiplin yang kuat agar tim selalu solid. Saat kondisi tertinggal, tidak mungkin semua pemain harus menyerang atau semua pemain harus bertahan. Demikian juga saat kondisi kurikulum masih belum jelas dengan berbagai persepsi dan perlakuan, tidak serta merta semua orang menyerang, beropini, atau malah berulah berlebihan. Semua sudah ada bagian masing-masing, kita tetap melakukan kritik sambil terus memperbaiki posisi kita masing-masing.

Penyerang boleh mengkritik pemain belakang karena lemah sehingga kebobolan, bukan berarti kemudian penyerang itu berubah jadi pemain bertahan. Pemain belakang juga bisa mengkritik atau mengkritik pemain depan, kenapa tidak juga membuahkan gol. Jadi, sebagai pelajar, siswa juga harus tetap fokus pada posisinya, boleh mengkritisi kebijakan yang ada, tetapi tetap konsen dan memperbaiki posisinya sendiri. Guru pun demikian, boleh mengkritisi kebijakan pemerintah, tetapi tetap harus terus memperbaiki posisinya sebagai guru, yakni memperbaiki kualitas diri terutama kualitas pengajarannya di kelas. Tetap semangat meski dalam kebingungan. (DS-PP)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun