"Kirain mau bikinin puisi."
Sekelumit komentar di statusku.
"Aku tak bisa bikin puisi" Jawabku.
Kita memang tak pernah saling bicara
Sekadar bicara lewat langit
Hanya kemarin kita duduk di seberang stasiun
Bicara sekenanya menjeda kereta tiba
Ditemani kapal selam beracar nikmat
Entah kapan kita kembali
Bicaramu lembut panjang beraturan pun bernas
Tampak tempaan kuat sedari belia
Menjelma pada sosok dewasa yang sesekali lepas kacamata
Menghela segala noda
Cianjur kota yang jarang kulewati
Baru kali ini kutelusuri
Siliwangi nama keretanya
Sampai pada tempatnya
Dering telpon pertama masuk justru dari nomor yang belum bernama
Sederet pilihan kau tawarkan
Jemput atau dipesanin moda daring
Sesalku mengapa tak kupilih jemput
Kulebih memilih membeli tiket pulang dulu
Selepas kereta menemukan tujuannya kusandarkan lelah pada mushola
Seperti ada yang tertinggal
Jejak pada sosok wanita dewasa
Kita bicara lagi selanjutnya
Sesuka mengisi jeda
Jeda yang kusengaja
Lepas meski penuh harap
Adakah yang tersisa
Hingga kita menua bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H