Mohon tunggu...
daryo susmanto
daryo susmanto Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

jangan berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tepian Kalbu

21 Mei 2020   07:13 Diperbarui: 21 Mei 2020   07:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebesar itu rindu yang kau tahan. Dokumen Kompas.com (dan_alto)

"Aku tak akan menunggu lebih lama lagi untuk menyelamatkan hatiku. Hati yang terperangkap begitu lama. Hingga segala asa dan cinta berkarat di dinding lusuh raga."

Sekilas kubaca lagi pesan di langit
Kutemukan luka menganga
dalam tak berdasar
deras airmata kecewa

Caci terlontar bukan karna benci
Berlari bukan karna menghindari

Suara parau di balik telephone
Terguncang raga menyayat hati
Buliran menetes tipis di sudut mataku
Saat terucap selamat tinggal

Aku menepi
tak beranjak pergi
Menunggu di tepian kalbu
membiarkanmu menenangkan diri
seperti pintamu

Tubuhmu lunglai
Melemas tak sadarkan diri
Terbangun dengan tatapan penuh tanya perempuan perempuan berseragam putih

Sepertinya kau tak kuat
menahan beratnya langkah
Tuk beranjak dariku
Rindu sudah begitu membiru dalam darahmu.

Lalu jenuh merayu di nadimu
Ucapku tak lagi kau rindu
Pun aku tak mau mengganggu
Meski tak jua berlalu
Karena di nadiku tetap rindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun