Mohon tunggu...
daryo susmanto
daryo susmanto Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

jangan berhenti belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jaka Tawa

8 Oktober 2019   05:51 Diperbarui: 8 Oktober 2019   06:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumur tua di sebelah masjid yang airnya tidak asin meski dekat dengan bibir pantai. Dokumen penulis

Jaka Tawa merupakan nama sebuah masjid di Desa Pasindangan, Cirebon. Masjid ini berdasarkan catatan yang ada, dibangun pada 1571 dan direnovasi pertama kali pada 1952.

Sayang sekali keaslian dari Masjid Jaka Tawa ini sdh berubah sejak renovasi pertamanya. Awalnya bangunan hanya berupa seperti pendopo yang terbuat dari kayu. Namun, setelah renovasi dindingnya diganti tembok. Ornamen khasnya masih tetap dipertahankan.

Ornamen khas masjid tua di Cirebon yang dipertahankan. Dokumen penulis
Ornamen khas masjid tua di Cirebon yang dipertahankan. Dokumen penulis
Jaka Tawa ialah salah satu pengikut setia dari Syekh Nurjati. Namun, menurut sumber lain beliau juga seorang pangeran. Dia mengajarkan atau menyiarkan agama Islam di tepi pantai daerah Pasindangan. Kemudian bersama Syeikh Bentong mendirikan tajug atau mushola yang selanjutnya menjadi Masjid Jaka Tawa.

Nama Jaka Tawa sendiri menurut Pak Anto salah satu penjaga Masjid muncul karena dulu ada seorang Jejaka (pemuda) yang murah senyum dan kerap bikin orang ketawa sehingga dijuluki Jaka Tawa.

Namun, masih menurut Pak Anto, ada yang meyakini bahwa sebenarnya Jaka Tawa itu yang benar adalah Jaka Takwa, yaitu Jejaka yang dikenal karena ketakwaannya, namun karena lidah masyarakat waktu itu agak susah, dari ke mulut ke mulut terdengarnya Jaka Tawa.

Sekitar tahun 1990-an masjid ini direnovasi lagi dan diperluas sehingga bisa menampung jamaah lebih banyak lagi. Perluasan masjid ini tidak mengubah luas dan posisi masjid utama, tetapi menambah ke arah samping dengan ciri khas bangunan menduplikat bangunan utamanya sehingga seperti masjid kembar.

Di samping masjid terdapat sumur gali dan dua makam. Sumur gali masjid ini berumur sama dengan umur masjid. Airnya selalu ada meski musim kemarau, masyarakat sekitar juga kerap menggunakan air sumur ini untuk keperluan sehari-hari. Rasa airnya tetap tawar meski berada dekat bibir pantai.

Sumur tua di sebelah masjid yang airnya tidak asin meski dekat dengan bibir pantai. Dokumen penulis
Sumur tua di sebelah masjid yang airnya tidak asin meski dekat dengan bibir pantai. Dokumen penulis
Adapun dua makam di samping masjid adalah makam Pangeran Jaka Tawa dan Makam Syeikh Bentong. Makam ini kerap diziarahi terutama oleh orang-orang yang hendak hajatan atau punya hajat.

Makam Pangeran Jaka Tawa dan Syeikh Bentong. Dokumen penulis
Makam Pangeran Jaka Tawa dan Syeikh Bentong. Dokumen penulis
Agak susah mencari literatur masjid Jaka Tawa atau Pangeran Jaka Tawa itu sendiri. Hal ini dibenarkan oleh Pak Anto sebagai salah satu pengurus masjid yang merupakan seorang guru SD juga saat ditemui D'Tadarus Community.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun