Setiap kita mengangkat dering dari nada
dasar berintonasi datar. Relung yang dalam
juga beberapa senja tergelincir di layar pualam.
Derap detak napas menggantung di gagang kayu
hendak membuka pintu. Halo, aku kembali.
Dasar tak tahu malu. Masih saja begitu.
Detik memutar, akal memudar. Sudah
hampir pukul tiga. Kita masih bersua
lewat suara. Terdengar seru. Bukan itu.
Coba ceritakan selain dia. Di antara kita
seharusnya sudah tidak ada.
Sekecil apa pun itu jangan beri sela.
Aku muak. Ia sudah menjelma obat.
Tiga kali sehari? Bukan juga. Ah,
sialan kau. Aku pura-pura purna.
Cukup! Jangan teruskan! Mataku tuli!
Perutku pusing! Ah, terbalik!
Sialan! Celanaku juga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H