Aku mempuisikan hal biasa, yang mungkin
semua orang mampu lakukan secara yakin
sebab terdesak takdir misalnya.
Kusebut rindu, lebih sering dianggap bahwa
lima huruf itu menyatu dengan masa lalu.
Maknanya layak tersemat sebagai penyemai kenangan.
Lalu di ruang lain, sedang gigih menjelaskan rupa angan.
Pikiran itu terus menggelayut
hingga raga tidak lagi berada di tempatnya; hanyut
terbawa alur mundur.
Kini dia sangat merindukan canda tawa
bersama Ibu dan kawan sebaya.
Kini dia mengabdi berusaha membunuh waktu
berusaha tidak abadi, atas sakit
yang melumpuhkan bahagia sang Ibu.
Rebahkan lelah tubuhmu Nona, meleburlah pada malam
di sudut mata yang masih indah terlihat
meski yang tersisa hanya lebam
di hati dan sembab semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H