Mohon tunggu...
Masbukhin
Masbukhin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha dan Pelaku E-Commerce

Gemar membaca, apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sesepuh Ba Alawi Tiada, Penerusnya Jaga Tradisi Cari Muka

24 Agustus 2024   07:19 Diperbarui: 24 Agustus 2024   07:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Sayyid `Utsman dari Batavia (1822-1914)

18 Januari 1914, sesepuh Ba Alawi Utsman ibn Abd Allah ibn Aqil ibn Yahya al Alawi, meninggal dunia. Usia 92 tahun. Makamnya di Petamburan, Tanah Abang. Lalu pindah ke Kebon Jeruk pada 1970-an sebab ada perluasan kota. Lalu pindah lagi ke Pondok Bambu, hingga saat ini. Koran De Niuewe Vorstenlanden, terbitan 19 Januari 1914, memberitakan kabar itu berdasarkan isi telegram. Bunyinya

Sejjid Oesman bin Abdullah bin Akiel bin Jahja Alawi, sinds 1891 adviseurhonorair voor Arabische zaken, is hedennacht overladen. 

Terjemahan bebasnya sebagai berikut

Sejjid Usman bin Abdullah bin Akiel bin Jahja Alawi, penasihat kehormatan urusan Arab sejak 1891, kelebihan beban tadi malam.

Sembilan tahun berselang, tahun 1923, bertepatan dengan Peringatan 25 Tahun Ratu Wilhelmina berkuasa di Kerajaan Belanda. Penerus Utsman ibn Yahya al Alawi, rupanya,  masih menjaga tradisi peninggalan ayahnya. Yakni mencari muka kepada sang ratu, bukti kesetiaan dan loyalitas. Saat Putri Wilhelmina dinobatkan sebagai ratu, tahun 1898, Utsman cari muka dengan seruan berdoa pada semua masjid di Jawa dan Madura. Juga cari muka dengan menulis doa puja-puja bagi Sang Ratu.

Kali ini, giliran penerus sesepuh Ba Alawi yang cari muka. Putra Utsman yang bernama Yahya, membuat poster edisi spesial peringatan. Sebuah poster dengan gambar Ratu Wilhelmina dan bendera tiga warna belanda; merah, putih, dan biru. Ditambah pita oranye. Teks pada poster berbunyi rangkaian puisi berbahasa Melayu dalam huruf pegon. Isi puisi pujian bagi Ratu Wilhelmina dan kerajaannya.

Puisi itu berbentuk akrostik dimana huruf depan setiap baris puisi membentuk kata Dua Puluh Lima Wilhelmina. Huruf depan itu tertulis dalam ejaan Arab-Melayu atau pegon. Dan inilah bunyi lengkap puisi dalam poster tersebut.

Dal (D) : Dua puluh lima tahun telah bersudah

Wawu (UA) : Wahai daulatku Sri Baginda

Fa' (P) : Peliharakanlah Ia Tuhanku

Wawu (U) : Warisannya kerajaan dengan berlaku

Lam (LU) : Lanjutkan Tuhanku dia punya umur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun