Dua alat berat penunjang kegiatan belajar praktik siswa, baru saja diterima SMK Negeri 8 Bandung. Yakni mesin bubut dan mesin milling. Dua alat itu donasi dari Yayasan Wings Peduli. Mesin bubut dan mesin milling, ibarat sejoli dalam industri manufaktur, sebagai perkakas yang digunakan membuat spare part mesin produksi. Oleh pihak sekolah, kedua mesin itu akan direstorasi agar segera siap pakai untuk praktikum siswa.
Restorasi kedua mesin itu juga bertujuan memperpanjang usia mesin, sekaligus menyulapnya menjadi alat yang lebih ramah lingkungan. Pihak sekolah juga berencana menjadikan kedua mesin tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan komunitas sekitar sekolah. Semisal bagi bengkel dan sejenisnya. Saat menerima donasi kedua mesin tersebut, pihak sekolah sudah mendapatkan pembekalan dari engineering Wings Group.
Yayasan Wings Peduli, selaku donatur, memberikan pelatihan langsung untuk memastikan pihak sekolah memahami penggunaan kedua alat tersebut. Sehingga bisa difungsikan optimal bagi guru dan siswa. Juga dilatih teknik dasar pemeliharaan alat, elemen keselamatan kerja yang harus dipatuhi, dan tentunya materi tentang penerapan mesin dalam praktik produksi.
H Agus Nugroho, Kepala SMK Negeri 8 Bandung sangat berterima kasih atas donasi mesin ini. Dua mesin berat tersebut melengkapi alat praktikum siswa, bisa menambah keterampilan dan paling penting, menjadikan lulusan lebih adaptif saat terjun ke dunia kerja. Sebab sebagian besar lulusan SMK memang disiapkan untuk langsung siap bekerja, selebihnya juga siap melanjutkan ke perguruan tinggi.
Tantangan kerja bagi lulusan SMK juga tak kalah besar. Merujuk survei Angkatan Kerja Nasional, tahun 2022, jumlah lulusan SMK yang menganggur ternyata tinggi. Survei itu menyebut bahwa jumlah pengangguran terbuka lulusan vokasi ada 1,8 juta orang. Atau 22 persen dari total angka pengangguran. Lulusan SMK nya lebih banyak, melebihi lulusan diploma 1, diploma 2, dan diploma 3.
Sheila Kansil dari Yayasan Wings Peduli, menilai angka ini cukup serius. Pihaknya merasa harus turun tangan mengatasi kesenjangan ini. Harus ada jembatan yang menyelaraskan antara keterampilan siswa dengan kebutuhan industri.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H