Mohon tunggu...
Teja Baskara
Teja Baskara Mohon Tunggu... -

merenungkan, dan berusaha mencermati dibalik fenomena-fenomena

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mestinya Anda Sudah Tahu Siapa Presiden Mendatang

18 Maret 2014   18:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apakah Anda termasuk dalam puluhan juta rakyat indonesia yang ikut berpikir, berbicara, berembug, dan meributkan satu dua orang yang akan dipilih dan menjadi presiden Indonesia mendatang? Kalau iya, apakah Anda hanya ikut ikutan bicara tanpa mengakar di hatimu, Atau bahkan hanya mengekor dengan yang meramaikan, dan yang meributkan? Tentu tidak semua begitu!? Karena walaupun punya pilihan, tetapi bukankah itu semua adalah paket dari harapan harapan. Yaitu harapan kemenangan, kemenangan yang dipilih dan kemenangan yang memilih. Padahal setelah kemenangan diraih, pasti akan muncul harapan harapan baru.

Presidenmu nanti adalah seorang Perwira!

Kata seseorang yang telah memandang dalam pusat jiwanya. Perwira adalah Satria, sedangkan Satria belum tentu Perwira. Karena Perwira adalah Satria dan Berwibawa. Inilah ungkapan yang meruntuhkan idiom Satria Piningitnya NOTONEGORO, dengan urutan kesatriaannya mulai, Satriakinunjara, Satria Sinungharta dan seterusnya. Seorang perwira tentu berjiwa satria, yang teguh berpikir jujur, tentang apa saja tanpa memikirkan diri sendiri dan golongannya. Dalam kalbunya tidak mengutamakan menang atau kalah, dia bertanding dengan kemuliaan, karena ia menyadari kemenangan yang dicapai dirinya untuk tidak bertentangan dengan kemenangan rakyatnya. Dan selalu ingat bahwa  kemenangannya dengan ilmu dan undang undang belum tentu kemenangan sesuai dengan pandangan Tuhannya. Dengan kemenangannya tidak hanya memikul tanggung jawab sebagai pemimpin, terlebih bertanggung jawab untuk membayar hutang mandat mandat kepemimpinan yang harus dibayar kelak.

Seorang Perwira mempunyai kesadaran tinggi, untuk menggenggam erat kewibawaannya sampai kapanpun, bukan sekedar kharisma, beraura dan juga bukan citra. Orang berwibawa menghadapi dan menundukkan musuhnya cukup dengan tatapan matanya, sedangkan seorang satria mengalahkan musuhnya dengan senjata pamungkasnya. Perwira selalu siap dan bersedia menjadi panglima perang, untuk melindungi negara dan rakyatnya, berani berperang melawan setiap yang memusuhi kebenaran. Bukan panglima perang menghadapi rakyatnya. Inilah seorang Perwira, seorang presiden yang menjadi pilihan Tuhan, suara rakyat adalah suara Tuhan.

Maka pemimpinku nanti selalu melihat bahwa Rakyat dan Tuhan selalu menyatu, mengkhianati rakyat berarti durhaka kepada Tuhan, dan taat kepada Tuhan  melalui pelayanannya kepada rakyat.

“Itulah sejatinya pemimpin yang dibutuhkan oleh rakyat negeriku, mudah mudahan semakin banyak rakyat yang siap mati untuk (mu) itu” (Kiai Kanjeng)

Karena Presidenku seorang Perwira, yang mempunyai luapan energi untuk perubahan lembaran sejarah bangsaku. Maka akan aku tatap Indonesiaku dengan mata kebanggaanku. Aku pandang berjuta juta petani, berjuta juta  buruh, orang orang kecil dijalanan jalanan kota, dipelosok pelosok desa dengan mata cinta kasihku. Ekspresi dan airmuka pejabat dan wakil rakyat, aku lihat dengan mata kepercayaan penuh hormat. Akan berkumandang lagi lagu lagu mars negeriku ditengah tengah manusia reformis yang telah bersatu. Dan aku lupakan lagu lagu pop ekonomi kerakyatanku.

Indonesiaku, ya Negeriku....hanya Satoe!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun