Mohon tunggu...
Masayu Aisya
Masayu Aisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations

•just do my best•

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paradigma dalam Hubungan Internasional: Usaha Mencapai Perdamaian Dunia

12 Maret 2020   21:50 Diperbarui: 13 Maret 2020   10:42 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagi para mahasiswa hubungan internasional tentu sudah tak asing lagi dengan kata "perdamaian". Ya, setiap pelajarannya mangacu pada satu tujuan utama yaitu untuk perdamaian dunia yang abadi. Pada era sekarang ini memang dirasa perdamaian sudah tercapai, namun apakah benar begitu? Perang-perang besar memang sudah lama sekali tak terjadi, namun kenyataannya masih banyak "perang-perang kecil" di dunia ini. Tidak menutup kemungkinan perang-perang kecil ini bisa memicu terjadinya perang besar. Dunia tidak menginginkan kehancuran yang dapat terjadi karena perang. Oleh karena itu dunia berusaha senantiasa mempertahankan perdamaian, salah satu caranya ialah penciptaan ilmu hubungan internasional.
Sulitnya menciptakan perdamaian di dunia dengan berbagai masyarakat dunia yang memiliki begitu banyak macam perbedaan, seperti perbedaan kepentingan, perbedaan pandangan, perbedaan pendapat, dan lain sebagainya yang dimana masing-masing berusaha untuk mempertahankan ataupun mencapai tujuannya. Dari berbagai macam perbedaan-perbedaan ini, timbullah berbagai macam paradigma yang berbeda pula dalam usaha mencapai perdamaian. Paradigma dalam ilmu hubungan internasional yang paling terkenal adalah idealisme dan realisme.
Paradigma idealisme berkembang pada akhir Perang Dunia I hingga Perang Dunia II (tahun 1920-an hingga 1930-an). Hedley Bull berpendapat bahwa bahwa sistem hubungan internasional yang telah menghasilkan Perang Dunia I sebenarnya dapat diubah tatanannya secara fundamental kepada keadaan yang lebih damai, dibawah pengaruh kebangkitan demokrasi, pertumbuhan  pemikiran global, karya-karya yang baik tentang  perdamaian yang disebarkan melalui pengajaran ataupun pendidikan. Dari sudut pandang idealisme, bahwa peperangan antar negara terjadi akibat  prasangka yang muncul dalam menafsirkan keamanan yang mendorong negara-negara berlomba mengembangkan senjata sehingga pada akhirnya manusia terjebak dalam perang. Dari idealisme ini, terciptalah Liga Bangsa Bangsa (LBB) sebagai upaya mewujudkan perdamaian dunia. Namun pada kenyataannya, LBB tumbuh menjadi lembaga yang digunakan sebagai wadah membangun kekuatan bagi negara-negara besar Eropa sehingga lembaga yang dibentuk atas dasar cita-cita perdamaian dunia, malah berubah menjadi wilayah penuh konflik. Akhirnya, Perang Dunia II tak terelakan lagi, menjadikan LBB gagal menjalankan tugas dan tujuannya yang membuktikan pula bahwa paradigma idealisme gagal. Kegagalan paradigma idealisme ini menjadikan lahirnya paradigma baru yaitu realisme.
Paradigma realisme muncul pasca Perang Dunia II.  Karya dalam membangun paradigma realisme adalah Politics Among Nations oleh Morgenthau dan juga The Twenty Years Crisis oleh E.H. Carr. Tokoh awal sekali yang sangat berpengaruh dalam realisme adalah Thucydides (sejarawan Yunani). Dalam paradigma realisme, memandang negara memiliki sifat dasar manusia. Salah satu pendapat yang terkenal dalam realisme adalah homo homini lupus yang berarti ‘manusia adalah serigala untuk manusia lain’ oleh Thomas Hobbes. Sifat manusia itu egois, mementingkan dirinya sendiri. Begitu juga negara, sebuah negara mengutamakan kepentingan nasionalnya masing-masing. Maka dari itu kekuatan militer sangat berpengaruh dalam kedaulatan negara. Realisme percaya bahwa perdamaian dunia dapat terwujud dengan ‘balance of power’ antar negara-negara di dunia. Paradigma realisme ini dinilai paling masuk akal, namun disisi lain memiliki kelemahan. Bayangkan masing-masing negara didunia saling memperkuat militernya, hal tersebut akan memicu kecurigaan antar negara dan negara-negara di dunia akan senantiasa terus merasa terancam. Dengan satu serangan kecil saja, akan dapat memicu perang besar terjadi. Lalu, solusi apa yang paling terbaik bagi dunia untuk menciptakan perdamaian abadi?
Pertanyaan tersebut belum bisa dijawab secara pasti sampai sekarang ini. Namun, mari kita lihat fenomena dunia yang akhir-akhir ini menggemparkan dunia, yaitu wabah Virus Corona. Virus yang pertama kali ditemukan di Cina ini dengan cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Dibalik wabah virus mematikan ini, ada saja dampak baik yang terjadi seperti negara-negara di dunia berusaha saling bekerja sama dalam penyebaran dan menemukan obat untuk wabah Virus Corona. Bahkan negara yang memiliki "ketegangan" saat ini, Amerika dan Cina turut bekerja sama untuk menghentikan wabah tersebut. Lantas apakah dapat kita asumsikan bahwa perdamaian dunia dapat tercipta apabila dunia memiliki satu musuh besar yang mengancam negara-negara di dunia? Menurut saya, sampai saat ini upaya perdamaian yang paling "baik" ialah dengan membuat negara-negara di dunia saling bergantung satu sama lain, yaitu dengan kerjasama terutama dalam bidang ekonomi. Namun tak bisa dipungkiri juga dalam kerjasama ini ujung-ujungnya menimbulkan ketimpangan. Kita bayangkan bila negara-negara di dunia bekerja sama bukan dalam bidang ekonomi namun dalam bersatu melawan satu musuh besar yang sama dan berbahaya, mungkin ketimpangan ataupun kecurangan tak akan terjadi karena negara-negara di dunia sibuk bekerja sama untuk menyingkirkan musuh besar tersebut.
Yang pasti saat ini, hal yang dapat kita lakukan adalah menciptakan "perdamaian" dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita.


Referensi :
https://www.academia.edu/5197088/Teori_Hubungan_Internasional_Sebuah_Pendekatan_Paradigmatik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun