Kulihat jam di dinding lobi sekolah. Tersenyum memberitahuku bahwa jarum pendek menunjukkan angka 6 sedangkan jarum panjang angka 2. Menjawab dalam benak, “Iya, sekarang masih pagi.” Tapi, suara derum kendaraan roda dua bahkan roda empat selalu mewarnai halaman sekolah. Ya, pagi itu sekolah kami sudah beraktivitas, anak-anak dan guru sudah melangkah masuk menuju ke ruangan-ruangan sekolah. Di depan pagar terlihat dua karyawan sedang mengatur kendaraan yang keluar masuk halaman sekolah. Ya pagi itu sekolah kami sudah beraktivitas.
Pagi itu aku dan beberapa ustadz dan ustadzah berjajar berbaris di lobi depan sekolah. Menyunggingkan senyuman dengan tangan menyapa, kami ingin menyambut anak-anak yang masuk sekolah. “Assalamualaikum Ustadz,” sapa salah seorang siswa laki-laki dengan mengulurkan tangan mengajak bersalaman. “Waalaikumsalam Nak, Semangat!” ucapku tegas beradu senyuman. “Moga hari ini selalu membahagiakan dan membanggakan ya, Nak!” imbuhku mencoba memotivasi. Ia hanya menjawab dengan senyuman lalu bergegas menuju ke kelas.
Kulihat anak-anak turun dari kendaraan dengan meloncat semangat. Hap. Pamitan dengan Ayah atau Bunda yang mengantarkannya. Terdengar lirih. “Assalamualaikum, Yah”. Ada pula yang pamitan dengan Bunda atau orang yang mengantar mereka. Langkah kaki mereka tegas mengghentak penuh semangat dan senyuman. Selalu salam dan sapa ketika melalui lobi sekolah. Sungguh pemandangan yang menyejukkan jiwa.
Teeet teeeeeeeet ...
Bel berbunyi menandakan pagi itu sudah menunjukka pukul 06.30. Terdengar lantang dari pengeras suara, Ustadz Arif sedang menyuarakan pemberitahuan. “Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh, diberitahukan kepada para siswa untuk segera mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat Dhuha berjamaah.” Bagai rayap keluar dari sarangnya, anak-anak berjalan bahkan berlari menuju ke tempat shalat. Di tangan kanan menenteng Al Quran. Anak perempuan membawa mukena dan Al Quran. Di sudut lain tepatnya toilet, anak-anak berjajar antri untuk mengambil air wudhu. Terlihat seorang Ustadz berdiri melihat anak-anak berwudu bagai seorang askar di tanah Mekah.
Aufa berdiri di depan barisan anak laki-laki yang lain. Bak komandan pasukan, ia mengatur saf dan mengingatkan teman-temannya untuk merapatkan saf. “Mari teman-teman rapatkan saf agar shalat bisa sempurna,” pintanya. Barisan bersaf menjadi tiga saf sedangkan saf putri terdapat dua barisan. “Allahu Akbar”, seru Aufa mengawali shalat dengan mengangkat kedua telapak tangan sejajar telinga. Ya, ia takbiratul ikhram. Suasana begitu hening dan khusyuk. Anak- anak begitu tertunduk kepada Allah SWT, sang pencipta alam jagat raya ini. Shalat Dhuha pun berlangsung dua rakaat. Aufa mengakhiri shalat dengan menolehkan kepala ke kanan dan kiri sembari salam, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”
“Astaghfirlullahal’adzim, Astaghfirlullahal’adzim, Astaghfirlullahal’adzim”, lantunan dzikir anak-anak yang dipimpin Aufa. Begitu kompak dan serempak dengan suara merdu penuh penghayatan mohon ampunan kepada Allah SWT. Lantunan Dzkir dilanjutkan dengan tahlil, tahmid, takbir, dan tasbih. Kemudian membaca surat pendek dan berdoa. Sekali lagi, suasana penuh ketundukan dan kekhusukan seolah-olah jiwa ini lepas dari raga menuju ke puncak kediaman Sang Kholik.
Audzubillahiminasyaitonirrojim ... Bismillahirrohmanirrohim ... Alhamdulillahirobbil’alamin ... dan seterusnya. Lantunan lafal bacaan anak-anak membaca surat Al fatihah. Ustadz Arif membimbing mereka secara jamaah untuk tahfidz surat-surat pendek. Waktu itu yang dibaca adalah Surat Al Jin. Anak-anak begitu semangat dan fasih membacakan surat tersebut secara tahfidz. Hampir sebagian sudah ada yang hafal di luar kepala.
“Ustadz saya mau setor hafalan surat Al Muzammil 5 ayat” pinta Audrey kepadaku. Lugas saya menyimak bacaanya dari panjang pendek dan kualitas hafalan. “Baik, bacaan dan panjang pendek sudah bagus,” jelasku. Ia hanya tersenyum. Anak-anak yang lain mempersiapkan hafalan mereka untuk setoran kepadaku. Masih dalam posisi duduk melingkar di teras kelas. Iya kegiatan dilanjutkan dengan mentoring. Semangat anak-anak diiringi dengan sepoi sapuan angin menyejukkan hati. Bunga-bunga bermekaran di halaman sekolah menambah rindang dan sejuk pagi itu. Memang pagi itu sangat mencerahkan.
Cerita di atas merupakan pengalaman penulis ketika melihat fenomena apik di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Sekolah tersebut berlamatkan di sebuah tempat pinggir sawah di Jalan Pleret raya Banyuanyar, Surakarta. Tempat yang sungguh masuk ke dalam untuk kondisi sekolah karena untuk melakukan transportasi bus memang agak susah dan harus naik ojek terlebih dahulu. Tetapi, setiap pagi sebelum semua berkattivitas, sekolah itu sudah beraktivitas layaknya kota yang padat kendaraan. Hilir mudik kendaraan baik roda dua dan empat selalu mewarnai pagi itu. Memang karena SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat menerapkan masuk sekolah pukul 06.30 WIB.
Hal yang fenomenal lagi dan bisa memberikan inspirasi adalah setiap pagi di sekolah menerapkan mengaji pagi. Anak-anak setiap pagi membiasakan diri untuk sholat Dhuha berjamaah dan hafalan surat. Sungguh luar biasa. Bayangkan dalam setiap fase kehidupan kalau kita selalu mengawali diri untuk ingat kepada sang pencipta maka akan membuat hati ini menjadi nyaman. Hati nyaman akan membuat belajar lebih efektif. Kedekatan kepada Ilahi akan membuat jiwa tenang. Kondisi tenang itu juga memudah dalam menguasai ilmu. Bahkan, kegiatan yang diawali dengan bismillah maka akan menjadi nilai ibadah. Maka, kegiatan belajar di sekolah tersebut selalu mencerahkan dan menundukkan diri ini kepada sang Kholik, Allah SWT.