Mohon tunggu...
Mas Arsyarrahman Setiawan
Mas Arsyarrahman Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tsunami Palu Donggala 2018

27 Agustus 2020   10:15 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada sore, 28 September 2018, kota Palu diguncang gempa bumi. Gempa bumi yang mengguncang kota Palu memiliki skala yang cukup besar, yaitu 7,4 skala richter. Namun, apa yang terjadi setelah gempa bumi tersebut justru lebih mengerikan lagi.

Tak lama setelah gempa bumi, BMKG mengeluarkan peringatan akan terjadinya tsunami. Namun, peringatan ini kemudian dicabut karena tak ada tsunami terdeteksi.

 Ternyata, pencabutan peringatan tsunami ini merupakan sebuah kesalahan fatal.  Sensor pendeteksi tsunami yang berada di sekitar Palu dan Donggala rusak akibat gempa bumi. Kerusakan sensor pendeteksi tsunami di wilayah itu menyebabkan peringatan tsunami dicabut. Namun pada akhirnya, tsunami tetap terjadi di wilayah Palu dan Donggala.

Kurang dari 10 menit setelah gempa, tsunami menyapu Kota Palu dan Kabupaten Donggala dengan ketinggian 5 sampai 6 meter, bahkan mencapai ketinggian 11,3 meter di Desa Tondo, Palu Tmur . Hal ini mengejutkan para peneliti, sebab, gempa yang terjadi pada saat itu terjadi akibat longsoran bawah laut, yang harusnya mengakibatkan tsunami hanya memiliki ketinggian 2-5 meter saja. Akibat gempa bumi dan tsunami, Kota Palu mengalami kejadian likuifaksi, kejadian dimana permukaan tanah bergerak dan ambles akibat bercampurnya tanah dengan air.

Dampak yang disebabkan oleh gempa dan tsunami ini sangat mengerikan. Lebh dari 70.000 rumah rusak, 4.340 orang diperkirakan meninggal, dan 10.000 orang mengalami cedera dimana 4.612 orang diantaranya mengalami cedera berat. Pasokan listrik dan jaringan komunikasi putus sehingga wilayah yang terdampak seperti terputus koneksinya dari dunia luar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun