Akhir Juni hingga awal Juli Tahun 2024 akan menjadi libur panjang siswa di penjuru negeri. Seperti biasanya, libur akhir tahun pelajaran atau sering disebut libur kenaikan kelas menjadi momen yang ditunggu oleh siswa dan tentunya orang tua. Beragam agenda biasa direncanakan pada masa liburan.
 Liburan sekolah sering kali dipandang sebagai waktu istirahat dari hiruk-pikuk dunia akademis. Ketika bel terakhir berbunyi, banyak siswa yang bernafas lega, membayangkan hari-hari panjang yang bebas dari tugas dan pelajaran. Namun, sejatinya, liburan bukan hanya sekadar jeda dari sekolah. Ini adalah peluang emas untuk pembelajaran di luar kelas yang tak kalah pentingnya.
Banyak orang tua dan guru mengkhawatirkan apa yang sering disebut sebagai "summer slide," yakni penurunan keterampilan akademis selama liburan panjang. Kekhawatiran ini valid, namun solusi untuk mengatasinya tidak selalu harus berupa tumpukan buku atau kursus tambahan. Justru, liburan bisa menjadi waktu yang tepat untuk memupuk keterampilan dan pengetahuan melalui cara-cara yang lebih santai dan menyenangkan.
Pertama, mari kita lihat potensi besar dari aktivitas fisik. Dalam kehidupan sehari-hari yang kian dipenuhi oleh teknologi dan gadget, liburan adalah waktu yang ideal bagi siswa untuk lebih banyak bergerak. Bermain di luar, bersepeda, berenang, atau mengikuti klub olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga membantu mengembangkan keterampilan sosial dan kepemimpinan. Selain itu, aktivitas fisik terbukti bisa meningkatkan fungsi kognitif, yang pada gilirannya akan membantu dalam proses belajar ketika mereka kembali ke sekolah.
Selanjutnya, kegiatan seni dan kreativitas selama liburan memiliki nilai yang tak terukur. Mengikuti kelas seni, musik, atau teater memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan menemukan bakat tersembunyi mereka. Kegiatan semacam ini juga mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan problem-solving yang sangat berharga di dunia akademis dan kehidupan sehari-hari.
Tidak kalah pentingnya adalah kegiatan wisata edukatif. Mengunjungi museum, galeri seni, atau tempat bersejarah dapat membuka wawasan siswa terhadap dunia yang lebih luas. Ini adalah cara belajar yang hidup dan interaktif, berbeda dari buku teks yang statis. Pengalaman semacam ini membangkitkan rasa ingin tahu dan cinta belajar yang akan terus mereka bawa sepanjang hidup.
Selain itu, liburan juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk pengembangan karakter melalui kegiatan sukarela. Melibatkan siswa dalam proyek-proyek sosial atau kegiatan kemanusiaan bisa mengajarkan nilai-nilai empati, kerjasama, dan tanggung jawab. Pengalaman ini sering kali lebih berkesan dan berdampak jangka panjang dibandingkan dengan pelajaran di kelas.
Namun, semua kegiatan ini membutuhkan peran aktif dari orang tua dan masyarakat. Orang tua bisa merancang liburan yang seimbang antara waktu istirahat dan kegiatan yang bermanfaat. Sekolah dan komunitas bisa menyediakan berbagai program yang menarik dan terjangkau bagi semua siswa. Pemerintah dan pembuat kebijakan juga perlu mendukung inisiatif ini dengan menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memadai.
Sebagai penutup, mari kita ubah pandangan kita tentang liburan siswa. Bukan lagi hanya sebagai jeda dari rutinitas, tetapi sebagai peluang berharga untuk pengembangan diri yang holistik. Dengan pendekatan yang tepat, liburan bisa menjadi waktu yang penuh dengan petualangan, pembelajaran, dan pertumbuhan yang signifikan bagi setiap siswa.
*)Giyoto, S. Pd., M. Pd. (Kepala Sekolah SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H