Nabok nyilih tangan. Mungkin istilah ini tepat disematkan kepada salah satu calon Ketua Umum Golkar yang syahwat berkuasanya sudah sampai diubun-ubun. Sepertinya, jika dia gagal menjadi Ketua Umum Golkar, maka kiamat karir politiknya. Oleh sebab itu, segala cara dia gunakan untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Lawan politiknya diserang dengan membabi buta menggunakan jurus mabok. Bahkan tidak segan-segan dia menggunakan pihak ketiga dalam upaya menghancurkan lawan politiknya.
Istilah "Nabok Nyilih Tangan" sendiri adalah peribahasa Jawa. Artinya dalam bahasa Jawa ialah "Tumindak ala kanthi kongkonan wong liya". Dalam bahasa Indonesianya artinya adalah "melakukan perbuatan buruk dengan cara menyuruh orang lain".
Inilah yang sedang dimainkan oleh salah seorang calon Ketua Umum Golkar tersebut. Saya tidak ingin sebut nama, siapa caketum Golkar yang memilih cara-cara culas dan kotor ini. Nanti malah dikira memfitnah dan mencemarkan nama baik. Biarkan nanti polisi yang mengusut, karena kabarnya, dalam waktu dekat akan ada laporan balik ke kepolisian terhadap pihak-pihak yang memainkan cara-cara kotor ini.
Kita kembali ke soal nabok nyilih tangan. Nah, permainan kotor dalam perebutan kursi Ketua Umum Golkar ini terlihat jelas sekali dalam dua hari terakhir ini. Senin (22/2/2016) kemaren, sekolompok orang yang mengatasnamakan Himpunan Masyarakat Anti Korupsi (Himak) yang dipimpin Riswan Sanun menggelar demontrasi di Gedung KPK. Isu yang mereka sampaikan adalah Ketua DPR yang kini akan maju sebagai calon Ketua Umum Golkar diduga terima gratifikasi karena naik pesawat jet pribadi. Katanya, jet pribadi itu milik salah seorang penguasaha di Kalimantan.
Saya coba telusuri siapa Riswan Sanun ini. Dan saya sedikit agak surprise, ketika mengetahui bahwa Riswan Sanun ini rupanya seorang makelar demo. Ternyata, bukan cuma proyek yang ada makelarnya, anda mau demo pun sekarang ada makelarnya. Caranya gampang, anda tinggal kasih isu, kasih fulus dan nanti dia akan bawa segerombolan orang demo ditempat yang sudah ditentukan. Jadi, kalau anda mau mendemo orang lain atau lembaga tertentu, hubungi aja Riswan Sanun ini…(sekalian promosi, biar dia tambah terkenal..hehe)
Saya katakan, Riswan Sanun ini adalah makelar demo atas beberapa asumsi. Pertama, Riswan Sanun ini berasal dari Halmahera Tengah, Maluku Utara dan tercatat sebagai pengurus Ikatan Pelajar Mahasiswa Halmahera Tengah (IPMA HALTENG). Pada tanggal 28 Oktober 2015 lalu, IPMA HALTENG yang beranggotakan 25 orang menggelar demontrasi di Makassar dalam rangka memperingati satu tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Tahun 2016, Riswan Sanun mencoba peruntungan di Jakarta. Dan rupanya, cara dia hidup dan bertahan di Jakarta adalah dengan menjadi makelar demo. Dia mulai terendus sebagai pemain baru makelar demo di Jakarta saat menggelar demo di depan Gedung KPK menuntuk KPK mengusut korupsi bansos Sumut. Saya heran, apa urusannya Riswan Sanun yang orang Halmahera Tengah sana dengan Sumatera Utara? Kenapa Riswan tidak demo KPK menuntut usut korupsi di Maluku dan Halmahera Tengah sana? Lagian, bansos SUMUT sudah diurus KPK sejak Gubernur Gatot ditangkap. Siapa yang suruh Riswan Sanun demo di KPK soal bansos SUMUT saya gak tau. Yang jelas, itu demo pesanan.
Lalu, hari Senin kemaren, Riswan dan kelompoknya kembali terlihat di KPK. Kali ini, mereka demo soal dugaan gratifikasi Ketua DPR karena naik privat jet. Jelas ini demo pesanan. Lihat saja yang ikut demo, tidak ada tampang aktivisnya. Ditanya mereka demo apa, nggak bisa jawab. Harusnya, Riswan Sanun jawab jujur, untuk bawa 70 orang demo ke KPK, berapa bayarannya? Dan saya sarankan kepada Riswan Sanun, mending balik ke Halmahera Tengah sana sekarang, karena sebentar lagi polisi akan segera menangkapmu atas dugaan pencemaran nama baik..hehe. Uang dari makelar demo itu, cukuplah untuk naik kapal ke Halmahera sana.
Dan rupanya, calon Ketua Umum Golkar ini tidak hanya membayar Riswan Sanun untuk demo di KPK. Dia juga membayar sebuah LSM bernama Lembaga Advokasi Kebijakan Publik (LAKP) yang dipimpin M. Adnan. Isu yang dimainkan masih sama. Gratifikasi. LSM pimpinan M. Adnan ini, Selasa kemaren melaporkan dugaan gratifikasi Ketua DPR karena naik jet pribadi ke MKD. Saya sekali lagi bilang laporan ini adalah pesanan. Kenapa? Pertama, M. Adnan bikin laporan tapi tidak disertai bukti kuat. Targetnya bukan meminta agar MKD periksan Ade Komarudin sebagai Ketua DPR, namun ingin membangun opini publik bahwa Ade Komarudin bersalah karena naik privat jet. Kedua, dia tidak menyertakan bukti-bukti yang kuat saat memberikan laporan. Dia justru minta MKD yang cari bukti. Lha, bagaimana MKD mau proses, kalau buktinya gak cukup. Lapor ke KPK saja harus bawa dua bukti permulaan. Beruntung, MKD sudah bersikap tidak akan memproses laporan kalau legal standingnya tidak jelas dan bukti tidak kuat. MKD sadar bahwa ini adalah laporan ini hanya intrik jahat salah satu calon Ketua Umum Golkar.
Saya juga coba telusuri siapa M. Adnan ini dan bagaimana rekam jejak LSM-nya. Tapi sebelum saya telusuri jauh, Wakil Ketua MKD Junimart Girsang sudah menyatakan, LSM yang melaporkan Ketua DPR itu tidak menyertakan Akta Notarisnya. Saya hanya ketawa saja, itu LSM jadi-jadian kayaknya. Masa akta notaris aja nggak punya. (Baca: Ditanya Sarat Kepentingan Politik, Pelapor Akom Kikuk)
Tapi rasa penasaran saya masih belum hilang. Saya coba telusuri lagi LAKP yang dipimpin Adnan ini. Eh, rupanya dia adalah warga Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dulu juga melaporkan anggota DPR Herman Heri ke MKD. Apa hubungan M. Adnan yang warga NTT ini dengan salah satu calon Ketua Umum Golkar? Apakah dia dulu adalah tim suksesnya di NTT sana atau tidak, saya juga tidak mendapatkan informasi yang jelas.