Mengecap perguruan tinggi di negeri ini masihlah sebuah kemewahan. Hanya sekitar 2 % saja dari seluruh populasi negeri ini yang merasakannya. Karena itu, mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi boleh dibilang adalah kaum elit, dan karenanya mereka memiliki utang sejarah dan utang peradaban kepada bangsa ini. Merekalah yang diharapkan bisa kritis, inovatif, dan memicu perubahan yang lebih baik di tengah masyarakat. Mahasiswa dan lulusan PTN tidak selayaknya apatis dan masa bodoh terhadap keterbelakangan dan kemiskinan bangsanya. Agaknya, mereka harus mampu tetap memelihara daya kritis mereka juga sepeninggal kampus.
Di bidang politik, mereka harus membuka mata masyarakat agar melek politik, ikut mengerti dan mengkritisi penguasa dan parpol jika ada yang menyimpang.
Di bidang ekonomi, mereka harus memberdayakan, bukan memperdayakan. Membuka lapangan kerja, tak melulu mengetuk pintu ke mana-mana. Sebab Megawati Soekarnoputri yang hanya mengenyam pendidikan SMA saja sudah bisa jadi presiden Indonesia. Masak mereka yang sudah S1, S2, atau S3, rela hidup (dan mati) sebagai orang biasa?
(Lintasan pikiran, teguran pada diri sendiri, ajakan pada kawan-kawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H