Mohon tunggu...
Andi Eka Prima
Andi Eka Prima Mohon Tunggu... Guru - Blog Pribadi

Andi Eka Prima, S.Pd.M.Pd Lahir di Kab.Banyuwangi 27 April 1988. Dari pasangan Bpk Hadi Suwoto dan Ibu Jumaiyah Ismiyati. Pendidikan pertama di tempuh di TK Khotidjah 14 lulus pada tahun 1995 lalu kemudian MI Miftahul Huda lulus tahun 2000, MTs Miftahul Huda lulus 2003. Kemudian Melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember lulus 2006, sempat mempuh kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri jember tahun 2006 - 2012 Dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). kemudian di tahun 2014 melanjutkan program studi Magister S2 di Universitas Islam Malang lulus tahun 2017 dan memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris. karya ilmiah yang sempat di tulis yaitu Improving students' Speaking using Brocure (journal skripsi), Teaching Speaking using Visual Narrative (thesis Journal), Minat Belajar Bahasa Inggris Masyarakat dan Pertumbuhan Pariwisata (Radar Banyuwangi), serta Students' Needs Learning English as Second Language for Engineering Program Vocational High School research ).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanamkan Budaya "Mondok" untuk Membentuk Karakter Anak Sejak Dini

25 Maret 2022   20:16 Diperbarui: 25 Maret 2022   21:12 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENANAMKAN BUDAYA MONDOK UNTUK MEMBENTUK KARAKTER ANAK SEJAK DINI

Dulu telah banyak yang mendiskusikan tentang pentingnya berbudaya, serta nilai budaya dan lain sebagainya. Akan tetapi ini masih perlu dan terus diulas kembali akan nilai luhur yang terkandung didalamnya  yang sudah menjadi tradisi di Negara kita. Namun demikian sudut pandang yang muncul dimasyarakat sangat bervariasi sehingga memunculkan pandangan dimana mansyarakat sudah mampu memiliki cara pandang yang berbeda. Seperti halnya orang tua yang memondokan anaknya ke pesantren baik perempuan maupun laki- laki, ini sudah menjadi tradisi sejak jaman nenek kita atau bahkan kita dulu sehigga muncul perspective bahwa setiap anak  yang sudah mencapai usia remaja wajib mondok.

images-623dcdc7274a7a2756303c42.jpg
images-623dcdc7274a7a2756303c42.jpg
Tradisi ini umumnya dimulai sejak usia anak mencapai 12 hingga 15 tahun. Inilah yang kemudian muncul pada jaman itu sehingga banyak sekali pondok pesantren diseluruh pelosok negeri ini dipenuhi oleh anak yang mondok tadi. Ketatnya aturan sebagai kurikulum yang di implementasikan menandakan bahwa anak yang mondok akan mempunyai jiwa disiplin tinggi serta bertanggung jawab atas dirinya sendiri, orang tua serta lingkunganya kelak. Keuletan dan kegigihan dalam menghadapi ujian pun dihadapi dengan jiwa kesatria. Karena memang yang di ajarkan adalah kedisiplinan. Hal sepele sebenarnya mengajarkan anak tentang pentingnya kedisiplinan karena ini modal dasar anak bisa terbentuk. Dulu ketika mondok mungkin kita senang akan kehidupan didalam pondok karena ada bermacam macam bentuk  kegiatan yang wajib tanpa terkecuali semua santri harus ikut, karena itu merupakan sebuah pembelajaran agar nanti ketika sudah terjun ke masyarakat akan jauh lebih mudah dan terbiasa.

Macam kegiatan yang di rancang sebenarnya bertujuan membentuk karakter kepribadian yang bagus seperti sholat berjamaah lima waktu ( Magrib, Isya', Shubuh, Dhuhur dan Ashar). Serta hukuman bagi siapa saja yang melanggar sudah tersedia. Disamping itu  santri harus mengikuti berbagai kegiatan seperti pembacaan Alberjanji pada hari-hari yang telah ditentukan, musyabqoh tillawatil qur'an, pidato, membaca kitab kuning, ngaji ilmu fiqih, tahlil, menghafal Al-qur'an dan lain lain.

 Memang itu adalah program pondok pesantren supaya mereka tidak hanya pandai mengaji melainkan juga bisa menguasai ilmu ilmu yang diberikan. Dulu ada yang mengatakan belajar agama yang sungguh sungguh bisa mengalahkan dunia dan seisinya dan memang kalimat benar adanya. Sehingga kemudian munculah yang namanya budaya mondok tadi pada jaman itu. Pondok merupakan tempat untuk menggodok para santri agar terbebas dari hiruk pikuknya keduinawian mereka hidup tanpa fasilitas yang memadai dimana kamarnya pun bebas dari AC, tidurnya menggunakan alas tikar, satu kamar ada yang isi 5 bahkan 10 orang tergantung luas kamarnya. Makan pun harus memasak sendiri dengan keterbatasan apa yang dipunyai santri harus menikmati itu semua. Ketika berangkat sekolah ia harus bisa menahan nafsunya saatmelihat temanya naik motor, baju yang klimis, wajah yang glowing, bahkan makananya pun ia harus sederhana karena memang uang saku yang diberikan pas-pasan. Selain itu santri- santri dulu memang seneng puasa sunnah. Dengan begitu ilmu yang mereka dapat kelak mampu menjadi kan mereka ulama, bejabat, atau orang yang memiliki keharismatikanya sendiri. Kelak disaat mereka menjadi bejabat atau orang penting mereka tidak sombong dan congkak karena kehidupanya dulu sudah di ajarkan bagaimana hidup sederhana meski punya harta atau jabatan. Namun bedanya anak sekarang dengan anak dulu sangat beda, letak perbedaan ini nampak jelas saat melihat santri diera modern seperti sekarang ini ketika mondok mereka harus bermegah megahan seperti ruangan nya harus bersih, segala fasilitas sudah disediakan agar santri tidak repot dengan alasan biar focus belajar, bahkn fasilitas londri pun juga disediakan dan tersedia uang gedung yang tinggi. Tempat tidurnya pun sangat empuk namun begitu kalau dibandingkan dengan santri dulu sangat jauh. Kalau jaman saya dulu kalau ada santri baru yang datang dengan membawa bantal maka sama teman satu kamarnya bantalnya dilempar ke atas genteng, bahkan dengan kalimat "kamu niat kesini itu pindah tidur atau mondok" kalimat sepele tapi mengetuk hati kita agar sadar bahwa niat kita mondok itu apa? Nah ini yang tidak ada pada anak --anak yang nyantri jaman sekarang, makanya saya katakan sangat jauh perbedaanya.

Kemudian tentang proses pembentukan karakter pada seorang anak pun juga dipengaruhi dari lingkungan sekitarnya. Kalau santri yang ketika dirumah sukanya bermalas-malasan maka ketika masuk pondok pasti akan mengikuti teman temanya untuk melakukan apa yang ada dipondok misal belajar kelompok, sholat berjamaah, mengaji, belajar pidato, belajar membaca tahlil dan gotong royong kerja bakti dihari jumat.  Juga jika santri yang ketika dirumah sholatnya bolong bolong maka ia akan belajar mengikuti sholat jamaah sehingga tidak bolong lagi. Nah dengan demikian maka proses pembentukan karakter anak yang paling tepat adalah mondok, sebab dengan modok anak akan semakin pintar dalam memanage dirinya agar bertanggung jawab terhadap apa yang ia punya. Beda sekali dengan yang saya oernah lihat,  bahwa ada santri yang berusia 10 tahun yang mondok dengan yang tidak yaitu ketika menjalani kehidupan sehari- harinya misal kedewasaan yang dipunyai saat menyelesaikan persoalan pun dengan otak yang dewasa, tetapi anak yang seusianya masih menangis saat dihadapkan dengan persoalan yang mungkin sangat sepele, dan  ini memang fakta yang sering saya lihat. Untuk itu ayok jangan takut memondokan anak untuk masa depanya. Mudah mudahan tulisan ini bisa memberi manfaat apabila ada salah tulis maupun salah ucap mohon maaf yang sebesar besarnya.

Jember, 23 Maret 2022. Andi Eka Prima,S.Pd,.M.Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun