MENJADI GURU IDEALÂ
Andi Eka Prima, S.Pd.M.Pd
Tidak bisa dipungkiri bahwa guru adalah salah satu pekerjaan yang sangat mulia dan diminati oleh banyak orang, namun pada kenyataanya menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah bahkan harus dituntut untuk pandai dalam memberikan ilmunya serta juga harus mampu untuk menjadi panutan yang selalu memberikan keteladan terhadap peserta didik serta masyarakat sekitarnya. Gaya santun yang terpancar dari dalam diri seorang pendidik memberikan kesejukan tersendiri dalam  proses pembelajaran.
Di samping itu, Fungsi utama guru adalah selain mengajar ia harus bisa mendidik secara emosional, perbedaan mendidik dan mengajar merupakan dua hal yang berbeda, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mendidik, berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) soal akhlak dan kecerdasan, Sedang kan Mengajar adalah proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Sehingga mengajar dan mendidik akan menjadi lebih terarah maka poin penting yang harus dimiliki adalah sikap sabar, ini  yang selalu melekat dalam diri seorang pendidik. Oleh karena itu, sikap dan sifat penyabar, penyayang, santun, harus dimilikinya dalam mendidik peserta didiknya.
Guru jika dilihat dari segi makna berasal dari bahasa Sansekerta yang mempunyai arti pengajar suatu ilmu dengan arti lain tugas seorang guru ialah mendidik, Ilmunya yang mengalir layaknya seperti air yang tidak pernah berhenti, semakin banyak diambil maka makin jernih air itu serta bisa memberikan penyegaran kepada setiap orang yang haus.
Tuntutan seorang guru juga harus bisa meramu bagaimana agar dengan cara yang dimaksud diatas dapat terkoneksi dengan baik dalam era moderenisasi seperti sekarang ini, guru dituntut untuk terus memacu semangat dalam mengajar selain mempersiapkan kelengkapan dalam mengajar seperti perangkat rencana pembelajaran yang harus relevan untuk lebih bisa membuat peserta didik mampu menangkap apa yang di sampaikan.Â
Kualitas belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu serta  kuantitas masing masing peserta didik dalam menjalankan proses pembelajaran agar bisa keduanya  saling bersinergi  yakni adanya pola pikir atau paradigma baru yang di ubah dalam mengajar sebab jika kita tinjau dari segi prosesnya misalnya  paradigma mengajar (Teaching Paradigm) diubah menjadi "mengajarkan" agar dalam melaksanakan proses pembelajaran yang baik maka paling tidak materi yang disampaikan  nanti dapat menghasilkan produk yang baik pula. Â
Dengan munculnya kalimat mengajar inilah diharapkan akan ada proses belajar yang inovatif yakni bagaimana guru mengantarkan peserta didiknya untuk berekplorasi ilmu pengetahuan. Ini menjadi titik untuk menggali potensi sekaligus pengalaman dan penghayatan setiap peserta didik agar tidak di pengaruhi  orang lain, disinilah peran seorang guru sangat di butuhkan. Lantas guru yang ideal itu seperti apa?Â
Yang jelas guru ideal adalah ungkapan makna yang tersirat dari peserta didik bahkan masyarakat luar disematkan kepada guru yang memiliki keprofesionalan dalam membuat peserta didik merasa nyaman, sehingga dalam perananya sebagai guru dapat memberikan motivasi, serta dapat melatih kecakapan dalam bertindak dan berpikir dan kehadiranya pun selalu dirindukan oleh semua peserta didik. Kharakteristik inilah yang tercemin  pada kepribadian seorang guru.
Agar semua elemen dapat saling mendukung perlu adanya tindakan  keras yang terus dipacu untuk memperoleh suatu tujuan "Goal "dimana peserta didik diharapkan nantinya mampu membentuk karekter dan  mentalnya sebagai bekal menghadapi kehidupan yang akan datang. Sebab persaingan diluar sangatlah ketat, oleh sebab itu selalu ada kewajiban untuk memotivasi diri agar dapat mempraktekan apa yang telah di dapatkannya.Â
Prof.Dr.H.Maskuri,M.Si menerangkan makna yang harus kita ketahui mengenai apa yang disebut sebagai guru ideal adalah  Pertama: Guru  ideal adalah guru yang bisa memahami akan profesinya, sebab menjadi guru merupakan profesi yang sangat mulia, ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun bahkan kehadiranya selalu dirindukan oleh peserta didiknya, dan falsafah hidupnya adalah tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah. Kedua:  Guru ideal itu selalu berkata benar, penyampai yang baik dan tutur kata yang dapat dipercaya, kridibel, pintar.Â
Ketiga: selain guru mempunyai kelebihan kecerdasan  intelektual dan moral yang harus dimilikinya agar tidak egois. Inilah gambaran bahwa profesi guru bukanlah sebuah pekerjan yang remeh tapi pekerjaan berat yang membutuhkan semangat keikhlasan namun dalam perpektif lain guru juga bisa dianggap gagal dalam mendidik anak bangsa seperti yang dikatakan Ki Hajar Diwantoro guru sebagai sosok yang di gugu lan di tiru, bahkan baru -- baru ini terkadang malu sendiri jika kita sering melihat oknum seorang guru yang menciderai nama suatu lembaga yang rasanya tidak pantas bila di perbincangkan. Sebagai contoh ada oknum guru yang berbuat amoral, dan  yang paling actual lagi adalah guru merasa tidak mampu mengajar sehingga materi yang di ajarkan keluar dari koridor keilmuanya.Â
Hal inilah yang sekarang sedang kita dihadapi, bahkan mungkin kita sendiri yang merasa demikian. Alhasil banyak peserta didik yang kita lihat adalah mereka justru meremehkan akan pentingnya bersekolah sehingga mereka berdalih "meskipun saya tidak belajar nilai saya tetap baik kok".  Sehingga muncul  kata kata ini dari mereka sehingga menyebabkan kecemburuan sosial didalam lingkungan sekolahnya.
Pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anak sangatlah dibutuhkan mengingat dari sekian banyak peserta didik khusunya di wilaya jawa timur sebagaian mereka terjerat kasus "Narkoba, Tawuran, Balap liar dan Perkelahian". Â Ini menjadi referensi kita sebagai orang tua yang ada terikatan emosional bagi anak anaknya dan guru bagi peserta didiknya. namun demikian orang tua tidak harus saling menyalahkan akan tetapi keduanya harus bersinergi dan bersatu untuk mendidik anak anaknya atau peserta didiknya untuk mencapai cita cita bersama.
 Bila dibandingkan guru dimasa sekarang  dengan guru dimasa  awal islam dulu sangatlah beda jauh, guru ketika awal islam merupakan manusia yang paripurna. Merujuk kepada sosok guru ketika awal islam dulu bahwa Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ar-Razi,  Alkhoritsmi,  serta banyak sekali tokoh -- tokoh lain yang tidak dapat di sebutkan merekalah sosok guru  dan ulama yang disegani  oleh umat bahkan sebagian dari mereka merupakan penasehat pemerintah, dimana pemerintah bilamana membutuhkan pendapatnya pastilah datang ke rumah atau masjid  dimana tempat guru itu tinggal.  Paradigma guru dalam Alqur'an syurah (Ali- Imron 03 ayat 110)
Â
" kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk menusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara  mereka yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang orang yang fasik".
Â
Maksud kalimat diatas sangat cocok sekali dengan tokoh yang di idolakan yakni sosok guru atau biasa dikenal dengan bapak bangsa Ki Hajar Diwantoro dimana ia memiliki karakter jiwa pendidik yang membawa perubahan bagi bangsanya, sosok yang berani berkata tidak disaat yang lain berkata iya. Oleh karena itu kenapa beliau selalu dikenang seluruh masyarakat. Pertanyaanya bisakah kita seperti beliau? Jawabanya adalah ada didalam hati masing masing.
Â
Ada pepatah mengatakan " Jangan melihat dimana ladangnya tapi lihatlah siapa petaninya" Â sepenggal kalimat ini memberikan kita pengetahuan bahwa diamanpun tempat mengajarnya apakah peserta didiknya nakal atau tidak pasti seorang guru mampu menanganinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Potensi yang bagus adalah dimana orang mau mengembangkan ilmunya dan bagaimana mendidik dengan sepenuh hati.
Oleh sebabnya dengan adanya proses perancangan sebuah kurikulum ini diharapkan mampu menyusun rencana, tujuan, isi dan bahan pengajaran dan tata cara yang di gunakan sebagai pedoman  penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan (UU No. 20 tahun 2003). Guru diharapkan harus menguasai materi, materi sangat berperan penting dalam menjalankan suatu proses pembelajaran bagi peserta didik sebagai alat untuk mendapatkan informasi. Dengan adanya sertifikasi guru serta pelatihan pelatihan mulai Guru Penggerak diharapkan guru mampu memberi ruang untuk bisa lebih berkembang untuk kemaslakhatan bersama.
Selanjutnya guru harus terampil dalam mengemas metodologi mengajar, penting kiranya guru menguasainya karena berkaitan erat dengan proses managemen  dimana guru mampu membuat situasi kelas agar lebih kondusif dan tertib. Mudah mudahan dengan pesan singkat diatas menjadikan kita menjadi Guru yang ideal, guru yang dicintai dan guru yang di rindukan oleh peserta didiknya Bravo Guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H