Tiga Praktik Baik SDGs di Asia Tenggara

Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, seperti naiknya permukaan air laut, gelombang panas, banjir, dan kekeringan. 

Perubahan cuaca yang semakin tidak dapat diprediksi membuat negara-negara di kawasan ini perlu mencari solusi untuk menghadapinya, termasuk dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). 

Beberapa inisiatif yang dilakukan negara-negara Asia Tenggara menjadi contoh yang menarik dan solutif. Berikut adalah tiga contoh praktik baik yang bisa diambil pelajaran:

1. Program Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan di Indonesia

Mangrove adalah ekosistem alam yang sangat penting untuk menghadapi perubahan iklim. Mangrove melindungi pesisir dari bencana alam seperti badai dan tsunami, serta mengurangi risiko banjir dan erosi. 

Di Indonesia, nilai perlindungan yang diberikan oleh mangrove bisa mencapai lebih dari USD 10.000 per hektare per tahun, tergantung pada kepadatan penduduk dan infrastruktur di sekitarnya (Bank Dunia, 2021). Indonesia juga memiliki sekitar 20% dari total ekosistem mangrove dunia (BPS, 2021).

Namun, Indonesia juga menghadapi masalah seperti deforestasi, konversi lahan, dan perluasan perkebunan kelapa sawit yang merusak ekosistem mangrove. Untuk mengatasi ini, pemerintah Indonesia meluncurkan program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR). Program ini bertujuan untuk:

• Memperkuat kebijakan pengelolaan mangrove.
• Melakukan rehabilitasi mangrove di 700.000 hektare.
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar mangrove.
• Melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan lembaga lingkungan.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia berharap dapat membantu mencapai SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan memperkuat ketahanan pesisir (Bank Dunia, 2021).

sumber gambar: www.vietnamnews.vn/https://vietnamnews.vn/economy/1635800/empowering-women-in-agricultural-value-chains.html

2. Pemberdayaan Perempuan melalui Pertanian di Vietnam