Simbolisme memiliki peran krusial dalam politik praktis, karena mampu mempengaruhi secara emosional dan motivasional masyarakat dalam pemilihan umum.Â
Menurut Frederick William Dillistone (1903-1993), seorang ahli teologi, simbol adalah benda visual atau bahasa yang dipadankan dengan makna lain.Â
Teori Charles Sanders Peirce menambahkan bahwa simbol adalah salah satu jenis tanda yang memuat makna yang lebih dalam.
Contoh nyata dari kekuatan simbolisme dapat dilihat pada kampanye Barack Obama dalam pemilihan presiden AS tahun 2008.Â
Dengan slogan "Hope" dan "Change", Obama berhasil mengemas pesan-pesan kompleks mengenai perubahan sosial dan ekonomi menjadi pesan yang sederhana namun menggugah.Â
Saat Amerika Serikat dilanda krisis ekonomi parah pada tahun 2008, kampanye Obama mengubah ketakutan menjadi harapan bagi jutaan orang (ocbc.id, 2023).Â
Pemilihan Obama dengan rekor 69.498.516 suara (Kompas.com, 2020) pada saat itu menunjukkan bagaimana simbolisme efektif dapat memobilisasi massa dan mempengaruhi hasil pemilu.
Dengan mempertimbangkan teori Peirce, simbolisme dalam politik tidak sekadar representasi visual atau kata-kata, tetapi juga pembawa makna yang mampu mempengaruhi perilaku dan emosi masyarakat.Â
Ini menegaskan pentingnya strategi komunikasi politik yang memanfaatkan simbolisme untuk membangkitkan harapan dan mendapatkan dukungan publik yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H