"Jika kamu membicarakannya, itu adalah mimpi; jika kamu membayangkannya, itu mungkin; tetapi jika kamu menjadwalkannya, itu nyata." - Anthony Robbins
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) menjadi sorotan hangat dalam diskusi publik.Â
Namun, masih banyak yang belum sepenuhnya memahami hakikat dari SDGs, dan itu wajar.Â
Dari kekosongan informasi inilah, mari kita nikmati potret kisah mahasiswa Universitas Airlangga, Surabaya, yang gigih mengawal implementasi SDGs di desa-desa binaan di wilayah Jawa Timur.
Kisah ini dimulai dari Lembaga SDGs Center di UNAIR, yang menginisiasi UNAIR SDGs Festival, serangkaian kegiatan untuk membuka peluang kolaborasi dan meningkatkan kesadaran publik akan urgensi implementasi SDGs.Â
Salah satu sub-programnya, Call For Pengmas SDGs, menawarkan skema hibah kepada Organisasi Mahasiswa (Ormawa) melalui kompetisi proposal kegiatan yang mendukung SDGs.
Pemenang kompetisi Call For Pengmas SDGs menjadi pendorong utama bagi pembangunan berkelanjutan.Â
Di tingkat prodi, mereka menggagas program seperti "Desa Bisa" untuk mengelola ampas pati aren menjadi pakan ternak berkualitas di Desa Pucangmiliran, serta "Peningkatan Kesadaran Masyarakat dan Pencegahan Kasus Stunting" di Desa Laladan, Lamongan.Â
Di sisi lain, di tingkat fakultas, program "Bina Abdi Desa" memanfaatkan lahan kosong di Kampung Batik Okra untuk membangun Zen Garden guna mitigasi perubahan iklim, sementara "Pemanfaatan Limbah Pertanian Kopi Dan Salak" di Desa Wirotaman, Kabupaten Malang, bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan perekonomian berbasis sanggar tani muda.
Dengan langkah-langkah konkret ini, mahasiswa Timur Jawa Dwipa tidak hanya menjadi pionir SDGs di Indonesia, tetapi juga memastikan bahwa mimpi untuk masa depan yang berkelanjutan dapat menjadi nyata.Â