Mohon tunggu...
Agung Santoso
Agung Santoso Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti isu - isu kemanusiaan.

Tertarik dengan isu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (TPB/SDGs)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Voting Behavior Pasca Hujan Bansos Pemilu 2024

21 April 2024   02:10 Diperbarui: 21 April 2024   03:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku pemilih (voting behavior) selalu menjadi isu menarik tiap menjelang kontestasi Pemilihan Umum (pemilu). 

Dalam Jurnal KPU RI, voting behavior didefinisikan sebagai keterikatan seseorang untuk memberikan suara dalam proses pemilihan umum berdasarkan faktor psikologis, faktor sosiologis, dan faktor rasional pemilih (Kristiadi, 1996). 

Hingga kini, mengurai pola perilaku memilih dari masyarakat merupakan perkara yang tidak mudah. 

Memahami voting behavior tentu tak afdal sebelum Anda mengetahui dua madzab paling populer. 

Adapun kedua madzab voting behavior tersebut adalah: 

Madzab Colombia, yang menekankan signifikansi karakteristik dan pengelompokan sosial. Jenis pengelompokan meliputi jenis kelamin, umur, agama, status sosial, dan pekerjaan. 

Daftar tersebut dipercaya memiliki signifikansi dalam menggambarkan perilaku memilih. 

Madzab Michigan, yang berasumsi bahwa kekuatan psikologis memiliki andil besar dalam memengaruhi perilaku memilih. 

Adapun langkah konkretnya ialah dengan melakukan sosialisasi ke konstituen dan mencitrakan diri positif dalam sikap.

Bansos

Bantuan Sosial (bansos) menjadi momok berkepanjangan menjelang hingga pasca hari pencoblosan pemilu tahun 2024. 

Media massa maupun media sosial riuh dengan narasi tuduhan dan pembelaan mengenai "hujan bansos" yang diterima masyarakat dari pemerintah menjelang hari pencoblosan. 

Semua elemen masyarakat pun menduga-duga dengan perspektif-perspektif liar sesuai dengan informasi yang dikonsumsinya. 

Mulai dari Kang Ojol sampai professor sama lantangnya bersuara, disinilah pertarungan antara pertimbangan emosional dengan pertimbangan rasional beradu. 

Manuver demi manuver dari para aktor politik dimunculkan ke publik untuk membangun narasi yang menguntungkan kepentingan bendera partainya.

Pemilu 2024 melahirkan persepsi baru bahwa bansos bernilai signifikan terhadap voting behavior masyarakat Indonesia. 

Hal ini tentu akan menjadi madzab baru dalam dunia persilatan politik Indonesia. 

Aktor politik dan konsultan politik tentu akan membuat desain-desain baru yang lebih kreatif yang bertemakan bansos. 

Bansos kini menjadi tren political marketing paling 'tok cer' 

Sebagai warga biasa yang senang melihat fenomena sosial, maka saya ajak Anda untuk menunggu apakah tren bansos ini akan semakin menguat dalam gelaran pemilihan-pemilihan selanjutnya? 

Ataukah para maestro politik Indonesia akan mengubah tren ini? Mari kita amati pertunjukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun