"Anda belajar banyak tentang seseorang ketika Anda makan bersama."Â -- Anthony Bourdain
Sejarah manusia merupakan kisah panjang tentang perjalanan rantai makanan.Â
Manusia mulai dari berburu, meramu, bercocok tanam, hingga berdagang, bahkan menjalani rutinitas di meja perkantoran semuanya bermuara pada satu kebutuhan mendasar, yaitu makanan.
Data terkini dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Surabaya telah mencapai 2.997.547 jiwa, meningkat sebesar 0,89 persen dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 2.972.801 jiwa.Â
Bersamaan dengan itu, pola pengeluaran per kapita masyarakat Surabaya, baik untuk makanan maupun bukan makanan, terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Mengenai konsumsi makanan, beragam komoditas menjadi perhatian, mulai dari padi-padian, umbi-umbian, hingga protein seperti ikan, udang, cumi, dan kerang.Â
Ada pula kategori lain seperti daging, telur, susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak, kelapa, bahan minuman, bumbu-bumbuan, serta makanan dan minuman jadi seperti makanan siap saji dan minuman kemasan.
Di sisi lain, pengeluaran untuk komoditas bukan makanan mencakup perumahan dan fasilitas rumah tangga, pakaian, alas kaki, perlengkapan kepala, serta komoditas tahan lama.Â
Selain itu, pengeluaran juga meliputi pajak, pungutan, asuransi, serta kebutuhan untuk acara pesta dan upacara.
Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, terlihat bahwa pola pengeluaran ini mencerminkan perputaran uang di masyarakat, yang pada gilirannya membentuk ciri khas kuliner dan selera masyarakat Surabaya.