"Jangan berdebat di meja makan, bagi orang yang tidak lapar dia selalu mendapat posisi yang terbaik dari argumen ini." - Richard Whately
Kalimat ekonom Inggris, Richard Whatelly tersebut saya rasa tepat untuk menjadi kacamata untuk kita pakai memandang debat calon presiden maupun calon wakil presiden Indonesia.Â
Debat keempat cawapres, yang telah dinanti jutaan rakyat Indonesia ini secara spesifik mengambil tema : Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa.
Secara definisi, debat dianggap sebagai suatu kegiatan saling beradu argumen antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk menentukan baik dan tidaknya suatu usulan tertentu yang didukung oleh suatu pendukung dan disangkal oleh penyangkal (Hendry Guntur Tarigan).Â
Kemudian Asidi Dipodjojo mendefinisikan debat sebagai proses komunikasi lisan yang dinyatakan dengan bahasa untuk mempertahankan pendapat.Â
Kedua, pendapat tersebut memberikan referensi pemahaman yang menjadi pengantar kita memahami dunia perdebatan.
Sejarah Debat
Tidak ada sumber yang bisa dijadikan rujukan paling otoritatif untuk menyebutkan kapan awal mula budaya debat bermula.Â
Namun jika kita mau sedikit berusaha melacak beberapa referensi, maka pasti akan kita temukan sebuah petunjuk.
Petunjuk itu berasal dari kebudayaan Yunani menjadi top of mind dalam dunia perdebatan dan filsafat.Â