Alhamdulillah tahun ini Allah memberi lagi saya kesempatan untuk berhaji bersama kaum muslimin dari berbagai belahan dunia, ada pemandangan yang menakjubkan selama haji tahun ini. Yang pertama adalah perluasan tempat sa’I dari shofa ke marwa, dimana kita bisa melakukan sa’I dengan nyaman dan mudah, kita patut bersyukur kepada Allah dan mendoakan pihak-pihak yang andil dalam rangka perluasan ini, dua tahun lalu tempat sa’I tidaklah seluas sekarang, kalau dimisalkan jalan raya, dahulu hanya ada 2 jalur, tetapi sekarang tempat sa’I (mas’a) seakan jalan tol dengan empat jalur. Perluasan tempat sa’I sebelumnya mengundang polemik dan perdebatan di kalangan ulama, antara yang setuju dan tidak. Hingga kemudin proses perluasan melalui beberapa penelitian yang melibatkan pakar sejarah, saksi mata, juga ahli geologi jikalau bukit shofa dan marwa adalah lebih besar dan luas daripada yang kita lihat sekarang, akhirnya perluasan tempat sa’I adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan seiring dengan maqashid dinul islam yang penuh dengan kemudahan, menghilangkan masyaqah (kesulitan) dari pemeluknya, dan mencegah kemudharatan. Adalah Rasulullah SAW jika dihadapkan dua pilihan maka beliau memilih yang termudah. Yang masih menjadi catatan dan tantangan ke depan adalah permasalahan tempat thawaf yang masih berdesak-desakan terlebih pada bulan ramadhan dan musim haji, semoga Allah segera memudahkan sebagaimana Dia telah memudahkan yang lainya. Pemandangan yang kedua adalah mega proyek jamarat (tempat melempar) yang sangat luas, besar dan megah. Sekarang jamarat adalah bangunan besar empat lantai ber AC, escalator, helipad (landasan helicopter), lift, angkutan mobil listrik dll. Dahulu ritual melempar menjadi momok bagi jamaah haji, dimana hampir selalu memakan korban nyawa, entah karena terdesak, terinjak, ataupun berbenturan arah dengan sesama pelempar. Terlebih pada ketika saat jumrah aqabah di waktu duha (waktu afdhal) karena mayoritas manusia terkonsentrasi di satu waktu dan satu titik (1 lubang pelemparan), tetapi Alhamdulillah tahun ini saya bersama 50an jamaah haji dari travel alkautsar Allah berikan kemudahan untuk bisa melempar dengan lancar di waktu afdhal tersebut di lantai dasar pula, padahal sebelumnya saya harus berfikir berulang kali dan bertanya kepada semua teman, mengingat ada diantara jamaah sudah sepuh (usia senja) atau juga sedang menderita sakit. Memang ketika melempar kita harus pandai memilih timing dan tempat melempar karena secara fisik kita bagai kurcaci ditengah lautan gigantropus hehehe.. Tak jarang saya menyaksikan seorang jamaah haji yang sudah tua didorong menggunakan kursi roda dengan mudahnya melempar dekat sekali dengan bibir sumur jamarat, ataupun seorang balita digendong ayahnya dengan lucunya ikut merasakan mudahnya melempar di jamarat, subhanallah wallahu Akbar!!! Pada hari-hari berikutnya jamaah juga bisa lebih tenang dan khusyuk berdoa selesai melempar sumur ula dan wustha, bahkan para narsis mania masih sempat berfoto-foto di dekat tugu jamarat hahaha ( ini bukan anjuran tetapi kenyataanya begitu)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI