Hal unik lainnya, yang tentu tidak lepas dari jepretan kamera kami adalah pemandangan sunsetnya, yang konon mempercantik pulau itu. Sore hari biasanya turis-turis dari Fira dan Firostefani berkumpul di Oia, sengaja untuk menikmati sunset.Â
Sinar matahari yang berwarna putih kekuningan tampak menyinari bangunan-bangunan di sepanjang kaldera Oia sehingga memberikan kesan tersendiri akan suasana Mediteranian.
Untuk menikmati sunset di Oia, salah satu tempat terbaik adalah berdiri di sisi kiri sebuah bekas benteng. Dari sana kita dapat melihat semuanya, mulai dari matahari yang perlahan turun serta bangunan-bangunan yang berjejer rapi membentuk komposisi dinamis.
Selain keledai, sesuatu yang khas adalah wine, atau minuman anggur yang merupakan produk rumahan penduduk lokal. Terbaca dengan sebuah tulisan yang dipasang jelas di tembok tepi jalan, menyuruh turis untuk mengunjungi rumah-rumah pembuatan wine dan mencicipinya!
Beberapa tempat yang ada diseputar wilayah itu adalah kuburan yang bersih dan cantik, souvenir Evil Eye ala Turki, dan temtu saja pantai yang indah di ke dermaga tua bernama Limani Skala, yang kami datangi dengan menggunakan gondola dari atas bukit ke pantai. Jalan-jalan sehari di pulau ini memang tidak cukup waktu.
Menginap semalam di Fira, ibukota pulau ini, bisa jadi amat mencekam. Salah satu kamar rombongan kami diketuk malam-malam. Namun ketika dibukakan pintu, tidak ada seorangpun yang berada diluar kamar.Â
Penginapan kami yang berupa vila-vila, jauh dari kamar rombongan lain, membuat kami tidak bisa saling bertukar info di malam itu, kecuali di pagi harinya saat sarapan. Setelah dikonfirmasi ke resepsionis, katanya memang tidak ada seorangpun yang mengetuk pintu malam-malam. Mungkin cuma halusinasi.
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H