Mohon tunggu...
Politik

Gaya Komunikasi sebagai Sarana untuk Berpolitik

26 September 2016   05:22 Diperbarui: 16 Februari 2018   19:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gaya komunikasi setiap individu mempunyai banyak perbedaan, hal ini pun dipengaruhi oleh berbagai jenis faktor-faktor. Dan gaya komunikasi individu dapat dilihat dari aspek konteks. (Edward T. Hall ;1997), Hall mengatakan dari segi kultur kebudayaan konteks tinggi (high context culture) dan kebudayaan konteks rendah ( low context culture). Gaya komunikasi kebudayaan konteks tinggi ditandai dengan : pesan bersifat implicit ,puitis,tidak langsung dan tidak berterus terang. Pesan tersembunyi dalam perilaku nonverbal, misalnya: intonasi suara, gerakan tangan, gerakan tubuh , ekspresi wajah, tatapan mata atau tampilan fisik. Dalam komunikasi konteks tinggi, pesan pun lebih ditekankan pada aspek non-verbal. Dalam interaksi konteks tinggi pesan dalam komunikasi akan mudah dimengerti oleh kelompoknya saja (orang yang berkonteks tinggi). Banyak yang mengatakan bahwa budaya ini merupakan budaya closed system. 

Sedangkan di lain pihak, gaya komunikasi kebudayaan konteks rendah ditandai dengan : eksplanatif, rinci, eksplisit (langsung/linear), gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang, Banyak yang mengatakan cenderung tidak sopan dan aneh. Para budaya konteks rendah ini mengatakan opened system. Bicara tentang komunikasi pasti ada kaitannya dengan politik, karena komunikasi dan politik adalah dimana komunikasi nya akan melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau makna pesannya berhubungan dan berkaitan dengan kebijakan publik.

Untuk memahami gaya komunikasi para pemimpin, ada baiknya kita merujuk ahli budaya komunikasi, Edward T. Hall, yang membagi dua konteks budaya (1) konteks budaya tinggi (high context culture), yang umumnya dianut masyarakat dunia Timur, dan (2) konteks budaya rendah (low context culture) yang umumnya dianut masyarakat dunia Barat. Dua konteks budaya inilah yang mempengaruhi gaya komunikasi seseorang. Budaya konteks tinggi akan menghasilkan gaya komunikasi konteks tinggi (high context), dan budaya konteks rendah akan menghasilkan gaya komunikasi konteks rendah (low context). Perlu digarisbawahi bahwa tinggi-rendah di sini tidak bermakna yang satu lebih tinggi atau lebih mulia dari yang lain. Tinggi-rendah menunjukkan bahwa yang satu lebih rumit dan yang lain lebih mudah dipahami. Yang satu lebih cocok dalam masyarakat kelas atas yang berbudaya tinggi, dan yang satunya lagi lebih pas untuk masyarakat bawah.

Gaya komunikasi konteks tinggi mengapa lebih rumit karena pada umumnya menggunakan bahasa nonverbal (bahasa isyarat), perumpamaan- perumpamaan, dan kiasan. Dengan menggunakan bahasa yang berputar-putar, dan tidak langsung ke sasaran. Sebaliknya, gaya komunikasi konteks rendah lebih mengutamakan bahasa yang vulgar, mudah dipahami, tidak basa-basi, dan langsung ke sasaran, tidak menggunakan istilah- istilah yang rumit dan susah dipahami.

Gaya komunikasi konteks rendah mencerminkan budaya yang penuh canda tawa. Kalau kita merujuk pada dua contoh yang ada di awal kolom ini tentu Anda bisa menebak siapa yang mewakili gaya komunikasi yang mana. Dari sekian banyak pemimpin yang sudah memaparkan visi dan misi di hadapan publik, kita bisa mengklasifikasi pemipin mana yang cenderung menggunakan gaya komunikasi konteks tinggi dan mana yang cenderung menggunakan gaya komunikasi konteks rendah.

Sebenarnya, gaya komunikasi lebih menunjukkan apakah seorang calon pemimpin memiliki kecenderungan lebih dekat dengan rakyat atau tidak, karena dalam politik, bahasa juga menjadi cermin ideologi. Dengan demikian, para elite politik pun sering membuat bahasa sendiri untuk mengartikan sebuah realitas yang ada.

Dan pada saat seorang calon pemimpin berkampanye, yang dibutuhkannya adalah bagaimana ia mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa rakyatnya. Dengan kemampuan ini perintahnya akan lebih mudah dipahami dan akan lebih mudah pula diikuti. Kebersamaan antara pemimpin dan yang dipimpin akan berpengaruh secara signifikan dalam melaksanakan program-program yang akan dan sedang dilaksanakan oleh seorang pemimpin.

Nama: Muhammad Aditya Siregar

NIM: 07031381320073

Jurusan: Ilmu Komunikasi Unsri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun