Mohon tunggu...
Masadi Wiria
Masadi Wiria Mohon Tunggu... Desainer - Disainer

hanya seorang pekerja lepas yang suka hal-hal positif tentang seni budaya, dan ingin selalu belajar dan belajar kepada siapa saja ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ulat Sebagai Pembelajaran

15 April 2011   07:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kehadiran kupu-kupu di dalam rumah, terkadang diartikan bahwa rumah tersebut segera akan kedatangan tamu, meskipun hal itu hanya berdasar mitos atau kepercayaan yang datang dari orang-orang tua. Bila kupu-kupu itu hadir di dalam kamar seorang gadis, pastilah hati sang gadis akan berbunga-bunga karena segera akan kedatangan sang kekasih. Namun bagaimana bila dikamar sang gadis kedatangan seekor ulat? Sudah barang tentu kehadiran seekor ulat akan begitu menggemparkan, untuk satu ekor ulat saja.

Maraknya ulat bulu yang akhir-akhir ini melanda sudah selayaknya menjadi bahan perenungan untuk instrospeksi. Bila proses metamorphosis ulat-ulat ini berhasil, maka akan berubah menjadi kupu-kupu, dan tentu saja tidak akan lama lagi akan terjadi banjir kupu-kupu. Alangkah indahnya negeri ini dengan kupu-kupu berwarna-warni, terbang kian kemari hinggap di rumah-rumah, di kamar-kamar, taman-taman, sekolah-sekolah, kantor-kantor, menjanjikan keindahan.

Namun, tidak semua ulat dapat menjadi kupu-kupu, oleh karenanya janji-janji keindahan itu tidak selamanya akan berhasil. Ulat tetap menjadi ulat yang semakin menjijikan bila gagal melampaui tahapan metamorphosis ini. Oleh karena itu, ulat sering dijadikan simbol perubahan dari yang awalnya menjijikkan dan menakutkan menjadi sesuatu yang indah dan mengagumkan. Apakah hal ini memiliki hubungan erat dengan kondisi bangsa dan negara saat ini?

Bila menilik sifat ulat yang berselera tinggi terhadap dedaunan, tentu terbayang bila hal itu terjadi pada manusia yang berselera tinggi terhadap pohon kekuasaan, pohon jabatan, serta perilaku-perilaku kotor seperti korupsi dan penyalahgunaan lainnya. Tentu saja pohon-pohon itu akan dirangsek, akibatnya pohon-pohon itu kemudian meranggas, gersang dan mandul, tidak akan menghasilkan buah-buah yang baik.

Sifat ulat yang senang merusak dan menyebarkan hama ini pun akan terjadi dimana-mana bahkan akan dengan sangat mudah dijumpai. Hama di kantor, hama di sekolah, hama di departemen, bahkan juga hama di lingkungan perbankan. Patut diketahui ternyata ulat yang semula melata dan lambat itu ternyata juga mampu menghabiskan daun-daun dalam waktu yang relatife cepat.

Meski kelak, ulat-ulat itu akan berubah menjadi kupu-kupu yang dapat terbang gesit nan lincah, menjadi penggemar sari bunga-bunga, menjadi penyebar kehidupan bunga-bunga yang indah. Pada intinya ulat-ulat dapat menjadi contoh binatang yang benar-benar mampu merubah hakikat diri yang semula menjijikkan menjadi mempesona. Kupu-kupu juga mampu mewakili sebuah pemahaman bahwa untuk menjadi indah mempesona tidak harus terlahir dari sesuatu yang indah mempesona juga. Keindahan dapat terlahir dari hal yang menjijikkan, bahkan terkadang bisa lebih indah dari apa yang dilahirkan oleh keindahan itu sendiri.

Manusia tak mungkin mampu menjadi makhluk sempurna, selain hanya mampu mengelola ketidaksempurnaan itu agar menjadi matang dan mempesona. Kematangan dan pesona jiwa biasanya didapat melalui proses pembelajaran. Tidak harus melalui bangku sekolah, tapi belajar dari alam juga. Tidak hanya didapat dari sesama manusia, tapi bisa di dapat melalui binatang

Tidak sedikit contoh manusia yang mampu merubah penampilannya dari yang buruk menjadi sosok pribadi yang bersahaja. Seperti ulat yang benar-benar telah bertransformasi menjadi kupu-kupu. Namun, tidak sedikit pula manusia yang sepanjang hidupnya terhenti pada bentuk ulat dan tak mampu merubahnya menjadi kupu-kupu atau sesuatu yang lebih mempesona. Bahkan lebih parah adalah mereka itu dahulu adalah kupu-kupu indah dan dicari, namun pada akhirnya berubah tidak hanya kembali menjadi ulat, tapi malah menjadi lebih menjijikan. Semoga ulat-ulat yang saat ini marak. mampu menjadi bahan renungan dan pembelajaran.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun