Kecanduan Media Sosial Pada Orang DewasaÂ
Di era sekarang ini gawai dan dunia maya merupakan bagian peradaban modern manusia. Ketika individu tidak bersentuhan dengan dunia digital ini maka kesan dan seolah-olah terasing dan tersingkirkan. Manusia abad sekarang ini terhubung oleh dunia maya, jarak dan waktu sudah tidak menjadi kendala untuk terhubungnya manusia satu dengan lainnya.  Saat ini segala usia sudah terlibat dalam aktifitas ini. Bahkan diusia balitapun sering kita  lihat, sudah aktif menggunakan gawai. Penggunaan gawai sudah memudahkan dan memanjakan manusia, dengan segala kemudahan yang didapatkan.
Arti kecanduan internet adalah sindrom dimana individu menggunakan sebagaian besar waktu yang ia miliki menggunakan internet dan memunculkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Young, 1996). Dalam kehidupan sehari-hari terjadi kesenjangan antara individu dengan simpton kecanduan dan yang tidak kecanduan.Â
Individu yang kecanduan mulai melalaikan aspek utama dalam kehidupan seperti tidur, makan, minum mandi dan beribadah. Pada akhirnya akan melalaikan tugas dan tanggunjawab sesuai dengan usia perkembangannya. Pada pelajar atau mahasiswa terjadi penurunan prestasi belajar yang signifikan. Sedangkan pada orang dewasa yang sudah bekerja, melalaikan tugas dan tanggunjawabnya yang berdampak mengganggu kinerjanya. Entah sebagai iburumahtangga, karyawan, pekerja dll. Â
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari individu yang sudah kecanduan interner dalam media sosial menjadi sulit tidur, mudah tersinggung, memiiki sedikit waktu untuk berinteraksi dengan sesama didunia nyata, menggampangkan masalah, membenarkan dan membesarkan perilaku atas yang diperoleh di internet dan berbohong (Karimpoor dkk, 2013). Â
Bagi individu dewasa terlihat dalam tindakan lalai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan mereka. Melaksanakan tugas tidak lengkap ada saja hal yang tertinggal dalam melaksanakan tugas, yang membuat rekan kerja menjadi kesal. Ketika tuntutan tanggunjawab sosial dan pekerjaan ini tidak terpenuhi, individu yang kecanduan internet mampu melakukan tindakan berbohong untuk menutupi atau demi menyenangkan lawan bicaranya.
Kecanduan internet ini juga termasuk kecanduan seseorang dalam update status di media sosial pribadi seperti instagram, facebook, tiktok,dll. Dimana seseorang memiliki dorongan/hasrat secara terus menerus memperhatikan media sosial tersebut maupun mengupdate status di media sosial. Pengguna media sosial direntang usia 25-34 tahun sebesar 32,6%, disusul rentang usia 18-24 tahun sebesar 32%. Rata rata menghabiskan waktu mengakses media sosial 3 jam 17 menit setiap hari (Andi, 2022)
Kecanduan internet berpotensi melumpuhkan kepribadian invividu. Individu yang tadinya sebenarnya mampu berinteraksi dengan baik didunia nyata cenderung memilih berinteraksi melalui dunia maya. Akibatnya kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tumpul. (Young, 1998).Â
Dalam penelitian tentang kaitan kecemasan berkomunikasi langsung pada individu kecanduan internet, ternyata berdampak menurunnya kemampuan bekerjasama pada mahasiswa. Dimana kemampuan bekerjasama dibutuhkan dalam dunia pekerjaan kelak ketika mahasiwa bekerja maupun saat menjalani studi di universitas (Dewi &Trikusumadi,2016).Â
Penghayatan kecemasan pada invidu yang mengalami kecanduan, antara lain merasa takut menerima tanggapan atau perilaku negatif dari komunikan. Individu mengembangkan mekanisme koping mengatasi masalah interaksi sosial di dunia nyata ke dunia maya.Â