Di tengah harapan yang menggunung untuk bisa merebut piala AFF yang sudah sangat sangat sangat dekat itu, sang pelatih seperti begitu bergeming dengan perasaan hebat akan dirinya. Serangan Indonesia tidak menjadi saat kedudukan 0-1 dan waktu masih ada untuk Indonesia, tetapi pelatih gaek tersebut praktis tidak berbuat apa-apa.
Pelatih asing tersebut memilih beberapa pemain dan membawanya ke turnamen tetapi tidak pernah diturunkan. Bukankah ini satu kekonyolan? Alasan apa yang bisa mematahkan tuduhan penulis ini?Â
Bahkan ketika menit-menit terakhir akan membunuh harapan, tidak ada aksi yang dilakukannya selain membiarkannya. Di saat seperti itulah seharusnya dia menunjukkan kerahan upaya luar biasa untuk mencoba segala kemungkinan sebelum api harapan itu mati.Â
Walau bagaimana pun kekalahan ini ada baiknya. Mahkota juara sepakbola Asia tenggara memang masih belum layak dipakaikan ke atas permainan timnas yang bahkan "memegang" bola saja banyak yang tidak berani, yang dalam permainannya selalu dikurung dan diserang serta menjadi bulan-bulanan tim lawan tersebut.
Tetapi betulkahsepakbola di Indonesia terwakili oleh kekurangan itu? Tentu saja tidak. Kita pernah punya timnas yang bermain menyerang. Kita pernah punya timnas yang sejajar dalam permaianan bahkan menjuarai kawasannya.
Kalau Anda tidak berani pegang dan mengolah bola lantas dari mana anda dapat peluang? jawabannya pasti mengandalkan kecepatan, keberuntungan, dan kelengahan lawan atau skema dari bola mati. Ketika kedua tim bertanding sama-sama cepat tentu Anda tidak akan dapat apa-apa. Siapa yang memenangkan perebutan bola lah yang akan mengambil dan memanfaatkan peluang menjadi gol kemenangan.
Kita menghargai pengorbanan dan daya juang pemain-pemaian kita yang telah mempersembahkan prestasi hingga sejauh ini bahkan ketika banyak orang skeptis sebelumnya. Kita berterima kasih telah memberikan kebanggaan sejauh ini.Â
Tetapi kita juga yakin mereka berhak mendapat materi latihan yang lebih baik. Kita punya bakat yang luar biasa banyak dan tidak rela kita diberikan model permaianan yang menjadi bulan-bulanan seperti itu. Terlalu sempit kalau mengikuti pola pikir dan pola permaianan seperti itu untuk Indonesia yang berlimpah bakat. Sudah seharusnya dan adalah sangat wajar jika mahkota juara Asia Tenggara itu milik kita. Hanya pembinaan akan bakat dan kepelatihannya yang belum diurus dengan baik oleh mereka-mereka yang diberi tanggungjawab.
Mari kita kenang kata-kata tegas yang terkesan terlebih percaya diri dari seorang Riedl: "Indonesia belum pernah juara AFF ya karena Indonesia belum bagus". Makna kata-kata itu bisakah kita minta pertanggungjawaban kepada beliau yang sudah tiga kali diberi kesempatan tersebut tetapi tidak bisa membuatnya bagus. Siapa yang tidak bagus sebetulnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H