Jika berbicara tentang konflik Yugoslavia, kita tidak hanya berbicara tentang masalah etnisisme dan nasionalisme yang berkembang pesat pada sekitar 1991, namun, juga kita akan berbicara tentang penyebab ekstrinsik yang memainkan andil dalam pecahnya Yugoslavia. Dalam hemat penulis, setidaknya ada beberapa negara yang turut berkepentingan dalam pecahnya Yugoslavia, yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
Amerika Serikat, setelah Yugoslavia berbeda jalan dengan Uni Sovyet, praktis bisa lebih leluasa berkompromi dengan negara pimpinan Joseph Broz Tito tersebut. Amerika Serikat mulai tahun 1948 mulai memberikan bantuan-bantuan kepada Yugoslavia, meliputi bantuan militer dan bantuan finansial yang selaras dengan bantuan World Bank dan sekutunya pada medio 1951 – 1960. Bantuan tersebut berdampak pada melesatnya perekonomian Yugoslavia mulai tahun 1950. Pada saat itu, Yugoslavia merupakan negara sosialis dengan bumbu-bumbu kapitalis, artinya, negara sosialis yang dalam beberapa kebijakannya mencerminkan keintimannya dengan kapitalisme. Amerika Serikat yang bermain di Yugoslavia, tentu saja, memiliki kepentingan yang besar dalam rangka penguatan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur untuk menandingi Uni Sovyet, lebih-lebih dengan fakta bahwa Yugoslavia berbeda jalan dengan Uni Sovyet.
Teori lain menyebutkan bahwa Jerman turut memiliki andil dalam pecahnya Yugoslavia. Teori ini menyebutkan bahwa sentimen historislah yang menjadi motif, selain motif ekonomi. Dalam sentimen historis, dikatakan bahwa Jerman rindu akan kerjasama kooperatif dengan Yugoslavia pada saat Yugoslavia masih berstatus kerajaan. Sedangkan, dalam motif ekonomi, dikatakan bahwa Jerman ingin mengambil alih seluruhnya pasar di Slovenia dan Kroasia sebagai negara Yugoslav dengan kapasitas ekonomi terbesar.
Sedangkan Inggris memainkan peranan yang besar sebagai sekutu Amerika Serikat. Mengapa demikian? Inggris memelopori penjatuhan sanksi terhadap Yugoslavia melalui parlemennya, bahkan di dalam Partai Buruh pun terjadi friksi mengenai hal ini. Meskipun demikian, pada akhirnya sanksi dan embargo terhadap Yugoslavia adalah konsensus yang dicapai oleh parlemen Inggris, diantaranya adalah sanksi ekonomi dan embargo senjata, bahkan intervensi militer juga sempat masuk dalam pembahasan parlemen Inggris.
Kesimpulannya, banyak faktor, internal maupun eksternal, yang memicu perpecahan Yugoslavia. Dari segi internal, kita sudah mengetahui bahwa etnisisme dan nasionalisme adalah penyebabnya, meskipun masih diperdebatkan bahwa Slobodan Milosevic-lah yang menciptakan kedua hal tersebut. Dari segi eksternal juga tidak sedikit teori-teori yang berkembang terkait pecahnya Yugoslavia, diantaranya Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris.
Sumber Bacaan:
[1]Yugonostalgic against all odds: nostalgia for Socialist Federal Republic of Yugoslavia among young leftist activists in contemporary Serbia
diakses pada 20 April 2014, pukul 14.27 WIB
[2]Nationalism and Transitions: Mobilizing
for Democracy in Yugoslavia
http://cadmus.eui.eu/bitstream/handle/1814/26176/2012WP03COSMOS.pdf?sequence=1
diakses pada 20 April 2014, pukul 15.00 WIB
[3]The British Labour Party and the Break-up of Yugoslavia 1991-1995:
A Historical Analysis of Parliamentary Debates
http://eprints.chi.ac.uk/821/1/518887.pdf
diakses pada 20 April 2014, pukul 15.15 WIB
[4]The Reasons for the Collapse of Yugoslavia
http://eprints.ugd.edu.mk/9231/1/The%20Reasons%20for%20the%20Collapse%20of%20Yugoslavia.pdf
diakses pada 20 April 2014, pukul 14.45 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H