Mohon tunggu...
yustinus edi pamungkas
yustinus edi pamungkas Mohon Tunggu... -

saya orang jawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekar Syukur dan Harapan Besar

11 November 2016   12:00 Diperbarui: 11 November 2016   12:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Manusia terlahir di dunia melewati fase anak-anak hingga dewasa, dipelihara oleh orang tua hingga memelihara diri sendiri. Di Indonesia pada umumnya, seorang anak akan menempuh pendidikan selama 16 – 20 tahun, sehingga ketika anak memasuki kisaran umur 24 tahun, dia diharuskan untuk hidup mandiri tanpa ketergantungan orang tua.

Setiap anak tersebut pasti mempunyai yang dinamakan cita-cita, biasanya dia akan menentukan harapan yang tinggi “akan menjadi apa aku esok?” Dari mulai dokter, polisi, tentara, guru, pilot, sampai presiden, pasti pernah hinggap dalam kepala si anak.

Seiring berjalannya waktu anak akan tumbuh dewasa dan memasuki bangku kuliah, di sini anak mulai mengerti dan sedikit memahami realita, bahwa cita-cita itu semakin sulit untuk diwujudkan.

Cerpen

Cita cita Sekar ingin menjadi seorang Dokter, namun dia tidak diterima di jurusan kedokteran, dan kini mengambil jurusan Keguruan. Sekar mengubah arah cita-cita itu menjadi seorang Guru, dia berpendapat bahwa guru pun tidak kalah keren dibanding dokter. Singkat cerita Sekar lulus dari bangku kuliah dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Sekar memasukkan ijazahnya ke sekolah-sekolah berharap dia diberi kesempatan menjadi seorang guru, namun tak ada satu pun sekolah yang mau menerimanya. Akhirnya dia bekerja sebagai seorang designer baju. Entah dapat darimana keahlian itu, yang jelas dia mendapatkan gaji yang cukup dari pekerjaannya. Lagi lagi sekar harus menghadapi realita yang berbeda, gaji yang cukup itu ternyata memang hanya cukup untuk biaya makan, kontrakan, dan sedikit tabungan. Bagaimana dengan membeli rumah? Mobil? Wisata? Menikah? Kesehatan? Dll?

Dalam hati sekar berkata, “Aku pusing memikirkan semua itu, sepertinya terlalu jauh dan Impossible. Maka lebih baik aku menikmati hasilku, bersyukur karena masih bisa makan 3 kali sehari, tidur nyenyak dan punya sedikit tabungan. Mau nonton film sama temen-temen juga masih bisa, rumah bisa KPR, mobil bisa kredit, gampang lah!”

Sekar pun menjalani hari-harinya dengan tenang dan tak pusing lagi, hidupnya lebih ringan dan menyenangkan. Setiap hari dia jalani dengan teratur; masuk kerja, mendapat gaji di akhir bulan. Begitu seterusnya sampai lima tahun. Di tahun ke enam ini, terjadi hal yang tak terduga, kakaknya jatuh sakit dan memerlukan biaya yang besar. Seluruh keluarga kebingungan, bagaimana mendapat uang sebesar kira-kira Rp 250.000.000,00 dengan cepat. Sekar hanya bisa menangis dan berharap keajaiban ada orang baik yang membantunya.

Singkat cerita ada seorang dermawan yang memberi bantuan dengan Cuma-Cuma, dan kakaknya pun bisa sembuh. Masalah selesai.

Apakah benar-benar selesai?

Dalam hati sekar berkata “Ternyata pikiranku selama ini tidaklah sepenuhnya benar dan sedikit egois, aku memang cukup dan bahagia, semua kebutuhanku bisa aku penuhi sendiri, namun di sisi lain aku terlalu nyaman dan melupakan mimpi-mimpi ku. Rasanya begitu sakit, ketika saudaraku yang adalah darah dagingku sendiri memerlukan bantuan namun aku hanya bisa meratap dan termangu dalam ketidakmampuan. Beruntung masih ada orang baik yang membantu, bagaimana kalau tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun