Sering saya dengar ucapan orang soal hati dan perasaan, masing-masing berdebat mengeluarkan paradigma mereka. Setiap orang meyakini bahwa perasaan mampu mengalahkan logika berpikir. “Cinta mampu membutakan segalanya” Benarkah demikian?
Ya, saya memang setuju. Cinta kepada seseorang membuat kita “jatuh hati”, menggantungkan kebahagiaan kita kepada seseorang dengan menambahkan berbagai harapan. Apakah ini benar?
Tidak! Cobalah kita berpikir sejenak, apakah object cinta itu benar-benar memahami perasaan kita? Apakah harapan kita itu sama dengan harapan si object? 100% tidak. Lalu apakah si object salah? Tidak! Jika saya balik, apakah kamu bisa memahami seutuhnya harapan si object?
Pada dasarnya, orang lain tidak akan pernah bisa memahami perasaan kita seutuhnya, dan inilah penyebab utama rasa kecewa, sakit, dan putus asa. Jika kamu terbiasa tersakiti oleh sikap si object, selamanya kamu akan terbelenggu dalam rasa yang mengerikan.
Lalu bagaimana caranya kita mencintai?
Saya sendiri juga tidak tahu. Hehe
1 hal yang harus kamu pegang teguh adalah: kamu punya otoritas diri, artinya kamu sepenuhnya menguasai terhadap apa yang kamu rasakan. Jangan ijinkan orang lain merusak perasaan yang selama ini kamu bangun. Bukankah dirimu sangat berharga ketika Tuhan menciptakanmu dengan penuh kasih? Lalu kenapa kau anggap remeh dirimu yang berharga ini, hanya untuk seseorang yang belum tentu mengenal Tuhan?
well, pada kenyataannya bersikap demikian tidaklah mudah. Ketika kamu sedang bahagia, tentunya kamu tak perlu teori-teori seperti ini. Tetapi bagaimana ketika kamu sedang patah hati ataupun sedang jatuh hati? Jangan pernah menyalahkan orang yang sedang jatuh hati, karena kamu tak akan bisa memasuki perasaan dalam dirinya.
Menasehati orang yang sedang jatuh cinta adalah hal yang sia-sia. Maka saya tulis article ini untuk orang yang tidak sedang jatuh cinta.
So, syukurilah setiap orang yang hadir dalam hidupmu. Jalanilah harimu dengan penuh kesadaran bahwa kamu adalah seutuhnya dirimu. Kamu adalah hasil dari keputusanmu. Berhenti sebentar, lalu lihatlah kebelakang, apa saja yang sudah kamu lewatkan?
Teruntuk orang yang kucintai,