Sedih bercampur geram ketika seorang teman mengirimkan sebuah foto hasil jepretanya.Begitu naif para penguasa yang telah dipercaya oleh rakyat untuk membenahi nasib mereka ternyata malah menyengsarakan. Setelah proses yang berdarah-darah atas nama reformasi ternyata keadaan masih tidak pernah berubah. Era berganti namun mental para penguasa masih sama saja sama-sama rakus sama-sama tidak berpihak pada rakyat kecil. Tidak perduli bahkan cenderung membutakan mata ketika masih banyak penderitaan di depan matanya. Begitu mudah mulut mereka berkata atas nama rakyat demi mendapat simpati.
Seorang anak kecil memeluk adiknya yang tertidur di gorong-gorong kota yang kotor dan bau
Bergetar rasa dalam hati melihat kenyataan dan kepincangan di negeri yang katanya adil dan makmur ini. Adilkah serta makmurkah bila melihat kenyataan yang ada. Disaat para pengeruk uang negara tinggal sementara di hotel prodeo koruptor yang jelas-jelas lebih mewah dari pada tempat tidur saudara-saudara kita yang terlena tanpa alas. Kemudian mereka bisa menikmati hasil jarahan uang rakyat tersebut setelah mereka bebas. Tidak terbayangkan seandainya mereka-mereka yang dipilih oleh rakyat ini bekerja demi rakyat. Alangkah indah dan nikmat tinggal dinegara yang berjuluk zamrud katulistiwa ini.Namun kerakusan demi kerakusan makin meraja lela sehingga nasip para rakyat semakin menjadi duafa. Tanpa rasa malu dan bersalah wajah para penguasa dan wakil rakyat dipampang di tepi jalan. Padahal dari hasil kerja disaat mereka menjabat kemarin dan duduk dikusi empuk tidak menampakan hasil.Justru banyak kepincangan dan ketimpangan di sana dan sini. Tapi rasa rakus telah memupus rasa malu yang ada di hati mereka. Iklan di TV tentang memilih kembali membuat aku tersenyum."KALAU TIDAK NYOBLOS TIDAK BOLEH PROTES" Begitu kira-kira kata seorang bintang iklanya. Kalau boleh bertanya kembali "Memang kalau protes bakal didengerin"? Teringat kembali cerita seorang kakek yang memborgol dirinya dipintu istana negara atau tentang puluhan mahasiswa yang menjahit mulutnya atau tentang keluarga trisakti yang mengubur dirinya atas dasar ketidak puasan dan ketidak berpihakan penguasa kepada mereka. Apakah mereka juga tidak menyoblos sehingga protes mereka tidak didengarkan? Maaf KPU saya memilih menjadi GOLPUTÂ saja...Dengan melihat wajah-wajah lama yang masih berseliweran yang jelas-jelas prestasi mereka yang gagal mending saya tidak mencoblos. Dari pada saya berdosa kepada saudara-saudara saya karena telah memilih yang salah sekali lagi mending saya memilih GOLPUT saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H