{a-a di/cos a 1x-ta 2x} 3×10^8 m/s E=MC2 Beberapa waktu lalu, seorang teman menunjukkan sebuah gambar yang memuat karakter di atas seraya bertanya adakah rumus matematika seperti tercantum di atas. “E=MC2 adalah rumus relativitas Einstein, lebih dekat dengan pelajaran Fisika sih”, jawab penulis. “Itu sih jelas”, jawab teman penulis. “Bukan yang itu, tapi yang atas”, lanjutnya. “Hmm, kalo 3×10^8 m/s kan konstanta kecepatan cahaya, ya nilai C di teori relativitas Einstein”, jawab penulis. “Ye, bukan yang itu. Yang paling atas!”, sanggahnya. “Mana ada rumus matematika kayak gitu”, jawab penulis singkat. “Bisa gak dibacanya: ‘amina diperkosa satu kali minta dua kali?’”, jelasnya. “Innalillahi, emangnya ini gambar apaan?”, sahut penulis spontan yang memang tidak terpikir ke arah sana. “Ada teman yang mengirimkan foto cover LKS adiknya yang kelas XI SMU. Mungkin nggak ya karena gak sengaja atau cuma buat lucu-lucuan?”, tanyanya meminta pendapat penulis. “Gak sengaja jelas ga mungkin, dilihat sekilas juga ketahuan kalo yang paling atas tuh bukan rumus. Kalo pun buat lucu-lucuan, leluconnya keterlaluan dan gak mendidik, di LKS anak SMU pula”, jawab penulis. Sekelumit perbincangan di atas cukup membuat penulis menghela nafas panjang. Miris dengan bahan ajar untuk siswa yang dibuat dan didistribusikan serampangan.Cover LKS SMU terbitan Sebuah CV yang berisi kata-kata yang tidak pantas dan nampaknya masih sepi dari publisitas di media. Penulis yakin 100% ada faktor kesengajaan disini, entah apa motifnya. Namun apapun motifnya tentu bukan hal yang baik mengingat apa yang ditampilkan juga bukan sesuatu yang baik. Penulis jadi teringat kasus fit and proper test calon hakim agung Daming Sanusi yang sempat menghebohkan dulu. Kala itu Daming yang dimintai pendapatnya mengenai korban perkosaan, dengan nada bercanda mengatakan bahwa baik pemerkosa maupun yang diperkosa sama-sama menikmati, para anggota DPR di ruangan itu pun tertawa. Dalam waktu singkat, sikap Daming dan anggota dewan menuai banyak kritik dan hujatan. Sekarang muncul lagi ungkapan dengan konten serupa ke ranah publik, namun kali ini implisit di bahan ajar siswa SMA, dan hampir tidak ada media yang menyoroti. Pembuat LKS tersebut mungkin bisa mengelak bahwa yang diungkapkan Daming adalah eksplisit dan vulgar, berbeda dengan cover LKS yang implisit. Namun disinilah anehnya. Daming seraya menangis sudah mengungkapkan penyesalannya dan meminta maaf akan candaannya yang keterlaluan, kita pun dapat mafhum bahwa canda seperti itulah mungkin yang mengisi hari-hari sang hakim. Namun guyonan senada yang dimuat secara implisit justru mengundang tanda tanya besar, maksudnya apa? Jangan-jangan banyak pula tulisan atau gambar implisit serupa di LKS-LKS lain. Penulis yakin bahwa tidak sedikit siswa SMU yang memahami maksud ‘rumus’ di atas. Tidak mungkin tidak disengaja. Sang hakim mungkin khilaf ketika mengeluarkan canda vulgar yang menyinggung kaum hawa tersebut, namun jika canda serupa ditulis secara ‘tersembunyi’ di LKS SMU, menurut penulis itu sih lebih sakit jiwa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H