Pukul 3 sore hari Di jalan yang belum jadi Aku melihat anak-anak kecil Telanjang dada telanjang kaki Asik mengejar bola Kuhampiri kudekati Lalu duduk di tanah yang lebih tinggi Agar lebih jelas lihat dan rasakan Semangat mereka keringat mereka Dalam memenangkan pernainan Ramang kecil, Kadir kecil menggiring bola di jalanan Ruli kecil, Ricky lika-liku jebolkan gawang Tiang gawang puing-puing Sisa bangunan yang tergusur Tanah lapang hanya tinggal cerita Yang nampak mata hanya para pembual saja Anak kota tak mampu beli sepatu Anak kota tak punya tanah lapang Sepak bola menjadi barang yang mahal Milik mereka yang punya uang saja Dan sementara kita di sini Di jalan ini Bola kaki dari plastik Ditendang mampir ke langit Pecahlah sudah kaca jendela hati Sebab terkena bola tentu bukan salah mereka Roni kecil, Heri kecil, gaya samba sodorkan bola Nobon kecil, Juki kecil, jegal lawan amankan gawang Cipto kecil, Suwadi kecil, tak tik tuk tak terinjak paku Yudo kecil, Paslah kecil, terkam bola jatuh menangis Kembali aku putar ulang lagu mereka ada di jalan-nya Iwan fals.Ada nama-nama anak yang disebut dalam lagu itu.Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah.Kayak asal bunyi aja kedengaranya bagi yang tidak tahu nama-nama yang disebut dalam lagu itu.Sebenarnya mereka adalah nama-nama legenda bola yang ada di Indonesia dengan era-era mereka pernah mengukir nama besar di dunia persepak bolaan indonesia.Iwan Fals berkisah tentang olahraga sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu". Iwan Fals bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.
Ramang (karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956. Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir: Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan Piala Aga Khan di Pakistan.
Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua, 13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.
Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.
Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982) (Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).
Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam, Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.
Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.
Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986. Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan persahabatan di era 80-an.
Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan mereka yang luar biasa.
Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.
Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia.
Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele, singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Humaniora Selengkapnya