Pobin Van Persie sedang mengalami masa-masa sulit bersama Manchester United (MU). MU kini berada di urutan ke enam klasemen English Premier League (EPL). Posisi yang agaknya tak wajar bagi juara bertahan. Pada musim-musim sebelumnya, MU selalu berada di papan atas dan bersaing dalam perburuan gelar juara. Perkecualian pada musim ini, the red devils realistis, target mereka adalah ‘sekedar’ lolos Liga Champions. Target inipun juga relatif berat, mengingat mereka kini terpaut poin dari Manchester City yang menghuni pos terakhir batas lolos ke Liga Champions. RvP (sapaan akrab Van Persie) mulai tak nyaman dengan keadaan ini.
Keputusannya pindah dari Arsenal dua musim lalu dipicu paceklik gelar yang dialami oleh tim asal kota London tersebut. RvP pun yang sudah 9 musim membela Arsenal merasa harus membuat keputusan agar kariernya dilengkapi dengan gelar bersama tim. Akhirnya, di penghujung kontraknya, RvP memilih United sebagai pelabuhan berikutnya setelah lepas dari Arsenal.
Di musim pertamanya pindah ke MU, RvP langsung menikmati hasilnya.RvP mengantarkan MU merengkuh trofi EPL yang ke-20. Tak hanya itu, RvP juga mendapat predikat sebagai top skor dengan raihan 26 golnya selama musim 2012/2013. Meskipun mendapat cibiran atas ketidakloyalannya pada Arsenal, namun gelar EPL ini merupakan bukti bahwa kepindahannya ke MU adalah keputusan tepat. Hasratnya untuk meraih gelar juara terwujud lantaran MU memiliki skuad yang mumpuni dan juga pelatih hebat, Sir Alex Ferguson.
Namun musim ini keadaan berubah drastis, setelah Ferguson memutuskan untuk pension dari MU. Kemudain Ferguson menunjuk David Moyes sebagai suksesornya mengarsiteki MU. Awal musim MU di tangan Moyes mulai menunjukkan gejala yang tak stabil. Sejumlah kekalahan dialami, bahkan Old Tradford pun bukan lagi menjadi stadion yang angker bagi tim tamu.
Kenyataan ini menimbulkan suasana tak harmonis di kubu MU. Terutama RvP yang mulai sedikit ‘menyesali’ kepindahannya ke MU. Dia tak menyangka jika Ferguson akan segera pension. Jika saja dia tahu Ferguson akan pension, maka dia mungkin tak akan bergabung dengan MU, begitulah yang diungkapkannya kepada Frank De Boer, asisten pelatih timnas Belanda. Memang sosok Ferguson adalah salah satu alasan MU menjadi tim yang disegani, tak hanya di Inggris teteapi juga di Eropa. Di bawah arahan Ferguson, MU meraih sejumlah gelar bergengsi mulai title domestic hingga gelar juara Eropa atau piala Liga Champions.
Puncaknya, RvP merasa kecewa lantaran diganti oleh Moyes kala berhadapan dengan West Bromwich Albion. Moyes merasa harus menambah daya dobrak MU untuk mempertahankan atau menambah keunggulan atas WBA. Maka, dia memasukkan Wellbeck untuk menggantikan RvP pada pertengahan babak kedua. Hal yang menurut RvP tidak wajar, lantaran dia adalah striker andalan MU selama dua musim terakhir. Namun performa di lapangan malam itu tak menunjukkan kualitasnya.
Rumor kepindahannya segera berhembus setelah kejadian ini. Meskipun sudah memasuki usia 30 tahun, ternyata RvP masih menarik minat sejumlah klub besar. Dari daratan Italia, Juve dan Milan bersaing untuk mendapatkannya. Melihat keadaan MU yang semakin tak menentu, tentu RvP mempertimbangkan untuk pindah ke klub lain pada akhir musim nanti.
Jika melihat sikap RvP yang haus gelar, maka kemungkinan besar dia akan pindah ke Juventus. Meskipun Juve memiliki stok penyerang yang cukup banyak, tapi kualitas RvP nampaknya masih di atas rata-rata para penyerang Juve saat ini. Duetnya bersama Tevez akan menambah daya serang pasukan Antonio Conte. Selainitu, peluang meraih gelar di Juve relatif lebih terbuka, mengingat Juve begitu dominan di Serie A dalam kurun dua tahun terakhir.
Jika RvP jadi pindah ke Juventus atau klub lain, ini semaki menunjukkan karakter RvP yang tak memiliki loyalitas pada klub.Dia lebih terobsesi pada capaian gelar daripada menjadi legenda sebuah klub. Bandingkan dengan Steven Gerrard atau Fransesco Totti yang tetap loyal meskipun tim yang dibelanya terpuruk dan puasa gelar.
Tapi kita tak perlu lagi mengakari RvP. Di usianya yang sudah matang sebagai pemain seapakbola, keputusannya tentu sudah dipertimbangkan. Segala pilihan ada resikonya, termasuk dicap tak loyal oleh para fans yang tak menyukainya. Dan bukan berarti sikap tak loyal ini menjadi karakter pribadi RvP dalam menjalani hidupnya. Terbukti dia bukan termasuk jajaran pemain sepakbola yang gemar menghamburkan uangnya untuk berpesta dan bermain wanita. Kini dia hidup bahagia bersama keluarganya di Inggris. Urusan sepakbola harus disikapi secara professional, bahwa apa yang dilakukan tak menyalahi aturan yang telah ditetapkan. Jadi selama tak melanggar aturan, silahkan saja memilih apa yang dirasa menjadi yang terbaik.
YNWA, RvP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H