Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mendatangkan ‘key players’ kasus Century, yakni mantan Kepala KSSK yang juga mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani serta Mantan Gubernur BI yang saat ini menjabat Wapres, Boediono. Kedua orang ini ‘masih’ ditetapkan dalam status saksi. Jika ‘aktivitas gempa tektonik’ semakin meningkat, maka keduanya harus ‘waspada’. Kalau tak mau terkena dampak letusan Century, maka kedua ahli ekonomi ini harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kasus Century memang menjadi demikian rumitnya ketika kasus ini melibatkan orang-orang dengan jabatan dan gelar yang tidak ‘gemen-gemen’ (tidak tanggung-tanggung). Baik Sri Mulyani maupun Boediono, keduanya adalah ekonom mahsyur di negeri ini.Pengalaman menjabat sejumlah posisi penting di bidang ekonomi dan kredibilitas (sebelum kasus Century) juga membuat pengungkapan kasus ini menjadi sangat sulit. KPK harus punya bukti yang benar-benar matang atau mungkin setengah agak membusuk untuk menjerat keduanya jika dianggap benar-benar bersalah menurut peraturan yang berlaku.
Pasalnya kedua orang ini juga kompak dalam memberikan kesaksian, bahwa saat kebijakan ‘bailout’ Century diambil, dunia dalam keadaan krisis. Krisis ini dikhawatirkan akan terus merembet kemana-mana seperti tatkala krisis moneter menjerat Indonesia pada tahun 1998 yang berujung pada krisis multidimensi dan kekacauan. Pada saat krisis terjadi, Century sedang pingsan dan butuh nafas buatan untuk siuman dan bertahan hidup. Celakanya lagi, jika pingsannya Century akan berdampak pada kehidupan ‘makhluk’ lain, mereka akan pingsan berjamaah. Maka KSSK dan BI sepakat untuk mengguyur Century dengan dana talangan senilai 6,7 triliyun rupiah.
Namun kebijakan ini menjadi masalah di kemudian hari bagi kedua ‘orang pintar’ ini. Sejumlah pihak mengendus bahwa dana talangan Century dibelokkan ke tempat lain. Dengan memanfaatkan momentum yang tepat, krisis dan kalah kliring, Century dijadikan alat untuk menggelapkan uang negara.
Apalagi jika menyimak kesaksian Jusuf Kalla yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden. JK menyebutkan bahwa tak ada sinyal ‘bahaya’ yang dikirimkan oleh Sri Mulyani dan Boediono dalam rapat yang digelar menjelang kebijakan ini diambil. Namun tiba-tiba dalam waktu singkat, langit mendung menggelayut di atas langit Indonesia. Badai besar siap menerjang bumi pertiwi. Krisis melanda dan salah satu penyebabnya adalah Century jatuh pingsan dan kolaps. JK menganggap ada kejanggalan dalam proses pengambilan keputusan pemberian dana talangan Century ini.
Andai saja JK juga kompak bahwa saat itu memang terjadi krisis dan menyebut Century sebagai bank berdampak sistemik, maka urusan Century akan lebih mudah. Tapi JK punya nyali untuk melawan arus. Pahit memang ketika melihat kasus Century terus berlarut-larut seperti ini. Tapi ini adalah sebuah langkah besar untuk berani berkorban untuk menegakkan kebenaran. Mari kita dukung upaya penegakkan kebenaran seperti yang telah dilakukan JK, berkata jujur apa adanya dan tak sekedar asal kompak saja agar urusan cepat selesai. Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI