Mohon tunggu...
gatot winarko
gatot winarko Mohon Tunggu... -

Sederhana dan Konsisten (Copas from Mandawega) hehe..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Mental ala Prabowo

30 Mei 2014   07:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Mental ala Prabowo

Baru-baru ini harian Republika menampilkan berita yang berisi ungkapan Prabowo mengenai kondisi rakyat Indonesia saat ini. Prabowo mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia kadang terlalu naïf dan goblok (bodoh). Memang ungkapan tersebut terkesan kasar, tapi jika kita melihat realita saat ini, tentu ungkapan tersebut ada benarnya.

Menurut Prabowo, Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah. Hal ini merujuk pada perilaku masyarakat Indonesia yang ketika kedatangan seorang tamu, akan repot untuk menyuguhkan makanan yang enak demi menghormati tamu tersebut. Padahal di sisi lain, mereka sehari-hari susah makan. Memang ini bisa menjadi kebaikan namun bagaimana jika tamu tersebut sengaja datang tiap hari untuk mencari makan gratis? Mungkin sebagian dari kita yang lugu dan naïf akan tetap memberikan makanan meskipun di dalam dada berkecamuk bermacam perasaan. Inilah mentalitas rakyat kita. Sampai nanti jika keadaan sudah semakin memburuk baru memohon pertolongan orang lain atau menyalahkan orang lain dan memaksa orang lain untuk mengerti keadaan kita.

Hal ini perlu dibenahi untuk menjadikan rakyat Indonesia semakin berkualitas. Tentunya tanpa meninggalkan nilai moralitas. Artinya boleh kita menghormati orang lain, tapi jangan lupa dengan urusan pribadi yang tak boleh dilalaikan. Kita harus punya focus terhadap tujuan yang hendak diraih. Untuk itu perlu adanya landasan berfikir yang kuat sehingga mempunyai karakter yang kuat pula.

Untuk skala nasional misalnya, kini kita meronta-ronta ketika Freeport dan Newmont dianggap terlalu berkuasa atas hasil bumi di negeri kita. Namun di sisi lain, adanya dua perusahaan asing tersebut dianggap tepat karena kita tak punya dana untuk membangun sarana pengolahan hasil tambang. Selain itu baik Freeport dan Newmont juga menawarkan aliran dana ke APBN melalui nilai kontrak dan pembayaran dividen. Dana yang harusnya dapat digunakan membangun infrastruktur plus pendapatan dari dividen dan kontrak dialirkan ke subsidi BBM. Celakanya, ‘tamu’ ini keenakan diberi subsidi hingga sang tuan rumah kini mulai bingung dan serba salah untuk berhenti memberi asupan yang sangat bergizi kepada sang tamu.

Namun ungkapan Prabowo ini buru-buru mendapat perlawanan dari sejumlah kalangan yang naïf. Mereka tak mau jika rakyat Indonesia dikatakan bodoh. Mereka lebih suka dengan janji-janji perubahan bahwa kita bisa maju dalam waktu sekejap. Lantas jika janji ini tak dapat dilaksanakan si pemimpin akan berkilah bahwa semua butuh proses dan tak semudah membalikkan telapak tangan, atau negara ini luaaaas. Kemudian rakyat kecewa dan menunggu lima tahun lagi untuk memilih pemimpin yang lebih baik. Tapi lima tahun kemudian yang muncul juga begitu lagi. Kecewa lagi. Nunggu lagi. Muncul seperti itu lagi…dst

Sementara itu, Prabowo dengan gayanya yang berapi-api menegaskan jika negara kita mempunyai potensi untuk menjadi negara yang makmur. Sumber daya alam kita melimpah dan beragam kekayaan lainnya. Namun tinggal bagaimana kita, manusianya mengelola ini semua. Kita harus bisa melihat masalah dengan jernih dan mengakui segala kekurangan kita meskipun kadang ini tidak mengenakkan. Dari sini kita bisa merumuskan tujuan, kemana arah kita melangkah. Apa yang perlu kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Saatnya kita bangun untuk menata diri sendiri dan tidak terbuai janji-janji, kita harus mandiri !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun