Mohon tunggu...
mas end
mas end Mohon Tunggu... -

saya pengajar di salah satu PTN di Indonesia, sekarang sedang melanjutkan pendidikan S3 di prancis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Giuseppe Meazza Milano... Sebuah Unforgettable Moments

30 April 2011   08:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:14 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengunjungi kota Milan adalah satu dari mimpi-mimpi besar dalam hidup saya. Sebagai seorang “gibol” kota terbasar di bagian utara Italia ini terasa begitu akrab bagi setiap penggila bola. Kota dimana terdapat dua klub yang kental dengan aroma persaingan dan segudang prestasi, AC Milan dan Inter Milan. Secara administratif Roma adalah ibukota Italia, tapi kalau bicara tentang sepakbola, Milan adalah ibukotanya.

Mempunyai sejarah yang panjang, persaingan antara kedua klub seolah mewarisi nadi setiap pemainnya dari generasi ke generasi. Diawal tahun 90an, AC Milan memiliki trio Belanda yang sangat terkenal, membawa negeri kincir angin menjuarai ajang resmi pertama kali, EuroCup 1988, Marco van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard, pun Inter Milan memiliki trio Jerman yang tidak kalah hebat, menjuari WorldCup 1990 buat Uber Alles untuk ketiga kalinya, Jurgen Klinsmann, Andreas Brehme dan Lothar Matheus. AC Milan pernah memiliki striker-striker hebat di masanya, mulai dari Jean Pierre Papin, George Weah, Andre Shevchenco sampai yang tergres Zlatan Ibrahimovic. Sedang di Inter Milan pernah mempunyai Dennis Bergkamp, Ronaldo,Adriano sampai Samuel Eto’o.

Di tahun 1993, AC Milan membeli bintang lokal Gianluigi Lentini, pemain dengen lebel termahal di dunia saat itu dari klub Torino, dan Inter Milan tidak mau kalah dengan memboyong Il Phenomenon Ronaldo dari klub catalan, Barcelona sebagai pemain termahal di tahun 1997. Paolo Maldini adalah Il Capitano, seorang legenda hidup yang selalu tampil ciamik disepanjang karirnya untuk AC Milan, dan Javier Zanetti adalah indispensable player, seorang pemimpin yang bermain sampai karatan di Inter Milan. Tradisi juara dan persaingan tim satu kota seolah tidak ada pernah habisnya. Pertemuan antara kedua tim satu kota ini di kenal dengan Derby Della Madonnina.

Memasuki kota Milan, aroma sepakbola sangat kental terasa. Disetiap akhir pekannya orang-orang selalu sibuk membicarakan tim kesayangan asal kota ini. Inter dan AC Milan. Dua klub yang mempunyai prestasi dan jumlah fans sama besar. Tidak seperti di Manchester, orang tentu lebih mengenal Manchester United dibandingkan Manchester City. Atau di Madrid, prestasi Atletico Madrid dan Real Madrid sangat berbeda jauh.

Seolah mimpi yang menjadi kenyataan, ketika PPI Perancis, suatu organisasi sosial dan pendidikan mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikannya di Perancis menggagas suatu kegian yang bernama EURO TOUR, l'extravagance de l'italie. Buru-buru saya mendaftar untuk ambil bagian dari acara, walaupun harus meyakinkan profesor di lab agar diberi ijin untuk meninggalkan kampus selama beberapa hari tanpa harus mengurangi jatah cuti panjang buat pulang kampung di musim panas nanti he.. he.. he. Tidak pernah terbayang sebelumnya untuk pergi ke Italia dan menyaksikan pertandingan sepakbola, apalagi mengunjungi kota Milan, karena memang tidak ada agenda menonton pertandingan bola dari panitia.

Sudah menjadi kebiasaan saya di setiap pagi untuk membaca koran online, dan canalplus.fr adalah salah satu favorit saya, walau hanya sekedar mengecek hasil dan jadwal pertandingan liga-liga Eropa. Apalagi tensi persaingan jilid 4 dari 5 episode El Clasico Barcelona vs Real madrid akan terjadi di semifinal Champions league musim 2011, akan sangat sayang untuk di lewatkan beritanya. Ketika cursor mouse tidak sengaja bergerak ke tabs jadwal pertandingan, ada semacam dorongan untuk membuka jadwal liga italia, karena memang canalplus.fr adalah situs yang berbasis di Perancis, jadi opening page nya selalu ligue 1 atau liga divisi satu Perancis, dan..... alamak Inter Milan akan menghadapi Lazio sore itu di San Siro. Jadwal pertandingan liga Italia yang biasanya berlangsung pada hari sabtu malam atau minggu sore, seolah sengaja dimajukan untuk menyambut kedatangan kami. Pertandingan kali ini akan digelar pada hari sabtu pukul 15.00 waktu Italia, yang artinya dihari saat kami memasuki Milan di pagi harinya.

Harus ada cara agar momen langka ini tidak terlewatkan begitu saja, menyaksikan Seri A secara live di Giuseppe Meazza, stadion legendaris milik Milanisti dan Internisti. Satu-satu persatu peserta eurotour dipengaruhi dan diprovokasi agar mau diajak menyaksikan pertandingan sore itu. Dan GOTCHA... ketua eurotour ternyata seorang gibol sejati, seorang cewek asli padang yang mungil tapi bersuara lantang, penggemar berat Alesandro Del Piero tapi cuma bisa berfoto di depan stadion Delle Alpi yang sudah tutup waktu kami menyambangi Turin sehari sebelumnya. Dan ending pointnya adalah sang ketua berhasil dipengaruhi untuk ikut menonton pertandingan, dan ketua pula yang berhasil membujuk 8 orang korban lainnya mengeluarkan uang saku mereka sebesar 24 euro untuk membeli oleh-oleh menjadi tiket masuk stadion. Hal hasil rombongan eurotour terpecah menjadi dua rombongan, yang satu tetap mengelilingi kota Milan sesuai agenda acara, yang lain menonton pertandingan bola. wkwkwkwk.... sekali tepuk 9 korban berjatuhan.

Dengan bantuan pemandu yang setia mendukung AC Milan, seorang mahasiswa Indonesia yang sudah sejak umur 12 tahun tinggal di kota Milan, mengantar kami masuk dan mengelilingi area Stadion Giuseppe Meazza. Atmosfer didalam dan luar stadion stadion yang berkapasitas 85.000 tempat duduk ini benar-benar membius kami. Semua ritual sebelum dan pasca pertandingan kami lakukan, mulai dari berdebat tim mana yang lebih hebat di kota itu, AC Milan atau Inter Milan, foto bersama fans kedua tim yang bertanding, meneriakkan yel-yel, membeli aksesoris, berebut atribut obralan seharga 1 euro, antri tiket dengan seporter lokal, sampai makan pizza di restaurant depan stadion khas kota Milan.

Stadion Giuseppe Meazza benar-benar megah dan indah dilihat dari sisi manapun, elegan, berkelas,dan tetap cantik khas Italia yang artistik. Kami menempati tempat duduk di sektor selatan stadion, biasa dikenal dengan curva sud, tepat di depanpendukung Lazio yang terus mengibarkan bendera tim kesayangannya sepanjang pertandingan. Area ini disaat derby della Madonnina berlangsung biasa ditempati oleh suporter AC Milan, Milanisti dan curva nord yangberadadisisi utara stadionselalu diisi dengan setia oleh Internisti sebutan untuk suporter Inter Milan.

Satu hal yang menjadi catatan saya dan tidak akan terlupakan adalah suasana didalam stadion yang bersahabat, walaupun pertandingannya sendiri berlangsung cukup panas karena wasit mengeluarkan dua kartu merah untuk masing-masing tim. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, apalagi ketika membandingkan dengan suasana stadion sepakbola di negara kita, Tambak Sari misalnya ketika Persebaya yang bermain. Sepanjang pertandingan penonton tidak pernah berhenti berteriak, bernyanyi, bertepuk tangan, mengumpat dengan gaya khas Italia tentunya. Akhir pertandingan tidak terlalu penting bagi saya, walaupun happy ending story buat Internisti, 2-1 untuk tuan rumah. Saya terlalu sibuk menikmati euforia mimpi-mimpi di masa kecil yang beru saja terwujud. Seperti kata Andrea Hirata, di bukunya yang berjudul Edensor, “Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. O..la.. la.. la.. la.. benar-benar sebuah unforgettable moment.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun